Siapakah Bani Israel, Kaum Yang Dianggap Spesial?

Bani Israel: Potret Para Pembangkang yang Diabadikan al-Quran - Islami[dot]co

Ada sebuah pertanyaan, siapakah Bani Israel tersebut? Bani Israel adalah sebutan bagi keturunan Nabi Ya’qub (Jacob) dalam tradisi Islam, Yahudi, dan Kristen. Nabi Ya’qub juga dikenal dengan nama Israel, yang berarti “hamba Allah” atau “yang bergumul dengan Tuhan.

Bani Israel dianggap spesial dalam konteks agama karena mereka memiliki hubungan istimewa dengan Tuhan dan sering disebut dalam kitab suci sebagai umat pilihan Allah pada zaman dahulu. Berikut adalah beberapa aspek penting tentang Bani Israel:

Asal-Usul dan Riwayat Bani Israel

Bani Israel berasal dari 12 anak laki-laki Nabi Ya’qub, yang kemudian menjadi nenek moyang dari 12 suku Israel. Setiap suku ini melahirkan bangsa besar yang membentuk komunitas Bani Israel. Nabi Ya’qub adalah putra Nabi Ishaq (Isaac) dan cucu dari Nabi Ibrahim (Abraham), yang menjadi salah satu tokoh penting dalam tiga agama besar monoteistik: Islam, Yahudi, dan Kristen.

Bani Israel menerima banyak nabi, termasuk Nabi Musa (Moses), Nabi Daud (David), Nabi Sulaiman (Solomon), dan Nabi Isa (Yesus). Nabi Musa sangat penting dalam sejarah Bani Israel karena dialah yang membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir, seperti yang diceritakan dalam Al-Quran dan Alkitab. Dalam konteks ini, Bani Israel dianggap sebagai bangsa yang mendapatkan wahyu langsung melalui para nabi.

Baca Juga: 16 Tempat bersejarah di Mekkah dan Madinah

Bani Israel disebut sebagai umat yang dipilih oleh Allah untuk memimpin dan membawa wahyu Tuhan kepada manusia lainnya. Dalam Al-Quran, mereka diberikan berbagai keutamaan dan diberi banyak kenikmatan, termasuk penyelamatan dari perbudakan Mesir. Allah menjanjikan tanah suci (Palestina) kepada mereka melalui perjanjian yang diberikan kepada Nabi Ibrahim dan keturunannya.

Namun, meskipun mereka mendapatkan banyak nikmat dari Allah, Bani Israel juga sering digambarkan dalam Al-Quran sebagai kaum yang sering membangkang terhadap perintah Allah dan mengingkari janji-Nya. Banyak peristiwa yang menunjukkan bagaimana sebagian dari mereka tidak memenuhi perjanjian dengan Allah, dan ini mengakibatkan hukuman dan peringatan dari Tuhan.

Kisah dalam Al-Quran

Dalam Al-Quran, Bani Israel disebutkan dalam banyak surah, terutama tentang kisah mereka yang berkaitan dengan Nabi Musa dan peristiwa keluarnya mereka dari Mesir (eksodus). Al-Quran juga menyebutkan tentang berbagai nabi yang diutus kepada mereka, peringatan yang diberikan kepada mereka, dan ujian yang mereka hadapi. Di antara kisah terkenal adalah penyembahan anak sapi emas ketika Nabi Musa pergi ke Gunung Sinai untuk menerima wahyu dari Allah.

Meskipun dianggap sebagai kaum yang spesial, Bani Israel dalam banyak ayat disebut sebagai kaum yang sering kali tidak patuh pada perintah Allah. Mereka menolak nabi-nabi yang diutus kepada mereka, mengubah hukum-hukum Tuhan, dan melakukan kezaliman. Karena pembangkangan ini, Allah menghukum mereka beberapa kali, seperti diasingkan dari tanah suci atau dihancurkannya Bait Suci di Yerusalem.

Baca juga: Mengenal Masjid Qiblatain dan Sejarah Perubahan Arah Kiblat Umat Islam

Al-Qur’an menjelaskan tentang Bani Israil dan kelakuan mereka. Disisipi pesan-pesan umum, Bani Israil dielaborasi panjang lebar, sekitar 83 ayat (40-123). Pertama-tama, Al-Qur’an mengingatkan berbagai nikmat dan karunia Allah yang mereka terima, lantas menagih janji dan komitmen mereka. Allah selamatkan mereka, melalui tongkat Musa yang membelah lautan, dari kejaran tentara Fir’aun. Mereka ingkar. Ketika Musa naik ke Gunung Sinai untuk menerima 10 Perintah Tuhan, mereka murtad dengan menyembah anak sapi.
Peringai buruk lain Bani Israil yang diceritakan Al-Qur’an adalah tidak adanya respek terhadap para nabi. Setelah Musa, para nabi datang silih berganti kepada Bani Israil. Sebagian didustakan, sebagian dibunuh. Konon, dalam sehari, mereka bisa membunuh 70 nabi. Mereka membunuh Zakaria, Yahya, dan merancang mengeksekusi Isa (Ibn Qayyim al-Jauziyah, Hidâyat al-Ḫayârâ, h. 48).
Bani Israil dikecam karena kepongahannya. Sumbernya dengki. Ini dosa tertua. Iblis menolak sujud kepada Adam karena dengki. Qâbîl membunuh Hâbîl karena dengki (Tafsîr al-Qurthûbî/VI, h. 416). Bahasa Arabnya ḫasad. Mereka menolak Muhammad bukan karena ajarannya, tetapi orangnya.
Mereka dengki kenapa Nabi pamungkas itu bukan dari Bani Israil, tetapi keturunan Ibrahim dari Ismail. Dengan pongah, mereka menyangka kenabian adalah hak keturunan Ishak. Mereka menolak Muhammad bukan karena bodoh, seperti kaum jahiliyah.
Mereka tahu dan bahkan berharap datangnya seorang Nabi yang akan membela mereka melawan kaum politeis Arab. Namun, setelah nabi yang ditunggu-tunggu—nabi yang disebutkan dalam kitab suci mereka—itu datang, mereka mengingkarinya (QS Al-Baqarah [2]: 89).
Al-Qur’an menggambarkan kedengkian mereka
بئسما اشتروا به أنفسهم أن يكفروا بما أنزل الله بغيا أن ينزل الله من فضله على من يشاء من عباده (البقرة : ٩٠)
“Sangatlah buruk perangai mereka menjual dirinya, dengan mengingkari apa yang diturunkan Allah karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya” (QS Al-Baqarah [2]: 90).
Kedengkian Bani Israil menjadi pangkal dari berbagai penyakit dan kutukan. Allah cabut kemuliaan mereka. Mereka menjadi bangsa terlunta-lunta, hidup di bawah penindasan bangsa lain. Kedengkian mereka bukan hanya kepada bangsa lain. Mereka bahkan dengki kepada saudara mereka sendiri, tetapi beda ibu, yaitu Yusuf putra Ya’qub dari Rahel. Yusuf dibuang, tetapi kelak menjadi pejabat di Mesir. Ya’qub dan putra-putranya menyusul. Keturunan Israil pindah ke Mesir. Setelah sekian lama, mereka hidup di bawah penindasan bangsa Qibti. Fir’aun memburu dan mempersekusi mereka. Musa datang dan membawa mereka eksodus ke Palestina. Baca: Sejarah Bani Israil (1): Karunia Tuhan dan Kelakuan Mereka pada Nabi-nabi
Sepeninggal Musa dan Harun, mereka hidup di bawah penindasan bangsa Palestina. Allah mengutus Thalut yang memulihkan kekuasaan mereka. Thalut digantikan Dawud. Dawud digantikan Sulaiman. Sulaiman membangun Baitul Maqdis. Sepeninggal Sulaiman, Bani Israil terbelah dua. Di sisi selatan berdiri Kerajaan Yehuda, beribu kota di Yerussalem. Di sisi utara berdiri Kerajaan Israel, beribu kota di Samaria. Pada 720 SM, Kerajaan Samaria hancur ditaklukkan bangsa Asyur. Sebagian penduduknya ditawan dan dijadikan budak. Sebagian lari ke Yehuda. Inilah periode awal hilangnya sepuluh suku Bani Israil.
Pada 610 M, Dinasti Sasania Persia mengalahkan Romawi dan merebut Palestina. Bani Israil diberi wewenang memugar Baitul Maqdis. Hanya berselang lima tahun, bangsa Romawi kembali merebut Palestina. Helena, istri Konstantin, menghancurkan Baitul Maqdis dan menjadikannya sebagai got pembuangan sampah.
Bani Israil memasuki kembali era diaspora. Mereka keluar dari Palestina dan hidup terlunta-lunta. Sebagian mereka ke Aagea (Yunani), Anatolia (Turki), Kirenaika (Libya), Italia, dan Mesir. Beberapa pindah dan menetap di Arab, terutama Madinah. Mereka terbagi ke dalam tiga klan besar: Bani Nadhlir, Bani Quraidhah, dan Bani Qainuqa’. Ketika Nabi Muhammad diangkat sebagai utusan, mayoritas Yahudi ingkar. Mereka menandatangani Piagam Madinah, tetapi membelot. Yahudi Bani Nadhir diusir. Inilah pengusiran pertama Bani Israil oleh Nabi yang diabadikan Al-Qur’an, Surat Al-Hasyr. Setelah Fathu Makkah, Nabi secara bertahap membersihkan Bani Israil dari seluruh Jazirah Arab.
Uraian tentang Bani Israil ditutup dengan ayat yang sangat populer di kalangan penceramah:
« ولن ترضى عنك اليهود ولا النصارى حتى تتبع ملتهم » (البقرة : ١٢٠)
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka” (QS Al-Baqarah [2]: 120).

Bani Israel dan Negara Israel Modern

Saat ini, istilah Bani Israel sering diasosiasikan dengan bangsa Yahudi, meskipun tidak semua keturunan Bani Israel merupakan bagian dari agama Yahudi. Suku-suku Israel tersebar setelah penghancuran Bait Suci kedua di Yerusalem oleh Romawi pada abad pertama Masehi, dan komunitas Yahudi tersebar di seluruh dunia.

Hubungan antara Bani Israel dan negara Israel modern sangat kompleks dan berakar dalam sejarah, agama, serta politik. Bani Israel, dalam konteks agama, menjadi dasar bagi banyak ajaran Yahudi, Kristen, dan Islam. Tanah Israel memiliki makna spiritual yang mendalam bagi ketiga agama ini. Banyak lokasi suci, seperti Yerusalem, menjadi pusat ibadah dan refleksi spiritual bagi umat Yahudi.

Negara Israel modern berfungsi sebagai pusat bagi orang Yahudi di seluruh dunia, dengan berbagai institusi keagamaan dan budaya yang merayakan warisan Bani Israel. Meskipun negara Israel modern dianggap sebagai tanah air bagi Bani Israel, ada juga tantangan besar terkait identitas, hak, dan kepemilikan tanah. Penduduk Arab Palestina, yang juga memiliki sejarah panjang di tanah tersebut, sering kali mengalami konflik dengan negara Israel, yang menciptakan ketegangan yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Bani Israel adalah kaum yang diberi peran penting dalam sejarah wahyu dan kenabian. Mereka menerima banyak nabi dan bimbingan langsung dari Allah, namun juga sering kali diuji dengan berbagai cobaan dan tantangan. Dalam pandangan Islam, kisah Bani Israel mengandung banyak pelajaran tentang ketaatan, pembangkangan, dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Bagi Sahabat yang hendak melakukan ibadah haji maupun umrah dapat memilih biro travel yang sudah memiliki track record terpercaya. Rawda Umroh Bandung telah berpengalaman dan memiliki izin beroperasional sebagai penyedia jasa umroh. Salah satu paket umroh terbaik dari Rawda ialah Umroh Plus Turki Bandung. Sebagai penyedia jasa umrah terpercaya, Rawda menawarkan memiliki banyak pilihan paket umrah dan promo umroh Bandung yang dapat Anda sesuaikan dengan budget yang Anda miliki. Sahabat dapat cek beragam paket pilihan di link berikut ini.

Ingin perjalanan ibadah ke Tanah Suci lebih nyaman dan berkesan? Rawda Umroh Bandung jawabannya.

Baca Juga:

You cannot copy content of this page