Tragedi Mina: Insiden Kelam yang Mengubah Pandangan Pemerintah Arab Saudi

jemaah haji tragedi terowongan mina 1990 maut di al muaisim1 Tragedi Mina: Insiden Kelam yang Mengubah Pandangan Pemerintah Arab Saudi
Sumber: Tempo.co

Tragedi Mina di Arab Saudi adalah noda hitam dalam pelaksanaan Ibadah Haji sepanjang sejarah. Bagaimana tidak? Sejak 1990 hingga 2015, pelaksanaan lempar jumrah di Mina selalu menelan korban jiwa. Atas peristiwa yang selalu berulang ini, otoritas Arab Saudi kemudian mengambil kebijakan atas peristiwa ini yang terjadi berulang kali.

Bagaimana lengkapnya, mari simak tulisan di bawah ini.

Pendahuluan

Ibadah Haji memiliki urutan atau rukun dalam pelaksanaannya. Melempar jumrah adalah bagian dari wajib haji yang harus dikerjakan oleh para jemaah pada tanggal 10 sampai 13 Dzulhijjah. Pelaksanaan tiga jumrah yakni Ula, Wustha, dan Aqabah dilakukan di Mina, sebagaimana dijelaskan Imam Al-Ghazali dalam Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin. Kegiatan melempar jumrah dilakukan dengan melemparkan batu-batu kecil pada sebuah tiang yang dianggap sebagai perumpamaan setan (iblis) dan hawa nafsu.

Dikutip dari buku Fikih Sunnah Jilid 3 karya Sayyid Sabiq, awal mula disyariatkannya melempar jumrah, yakni untuk meneladani perbuatan Nabi Ibrahim AS. Diriwayatkan dari Salim bin Abu Ja’d, dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

Ketika Ibrahim AS mendatangi tempat-tempat ibadah haji, setan menghadangnya di Jumrah Aqabah, Ibrahim lantas melemparinya dengan tujuh kerikil hingga membuatnya jatuh terkapar di atas bumi.

Ritual melempar Jumrah adalah ritual besar terakhir dan bagian dari haji yang paling berpotensi menimbulkan bencana mengingat kerumunan yang besar, ruang terbatas, dan penjadwalan yang ketat. Salah satu tempat yang berpotensi berdesakan adalah Terowongan Mina.

Terowongan Mina atau Terowongan Haratul Lisan merupakan akses pejalan kaki yang membentang di bawah pegunungan bagi para jamaah yang akan melaksanakan lempar jumrah. Terowongan ini dibangun sepanjang 550 meter dengan lebar 18 meter. Biaya pembangunan Terowongan Mina menghabiskan dana 15 Miliar USD pada tahun 1988.
Foto: Suasana Terowongan Mina Usai Lempar Jumrah
Terowongan Mina

Tragedi Mina: Catatan Kelam dari Masa ke Masa

Data menunjukkan, tragedi Mina  terjadi dari tahun ke tahun. Tahun 1990 ada 1.426 orang meninggal terinjak-injak di Terowongan Al Mu’aishim Mina; tahun 1994 ada 270 meninggal karena terinjak-injak di jamarat; tahun 1995 ada 3 orang meninggal dan 99 cedera akibat kebakaran di Mina;  tahun 1997 ada 343 tewas akibat kebakaran tenda di Mina; tahun 1998 ada 180 meninggal karena terinjak-injak di pelontaran Mina; tahun 2001 ada 35 orang meninggal karena saling dorong di Mina; tahun 2003 ada 14 jamaah yang tewas mengenaskan karena terinak-injak di Mina; tahun 2004 ada 244 tewas karena berdesakan dan pada  tahun 2006 ada 360 jiwa meninggal karena berdesakan di Mina.

Tahun 1990 adalah yang paling memilukan. Jika menilik pada keadaan jamaah haji di tahun 1990, memang tahun itu merupakan rekor tertinggi jumlah jamaah haji, yaitu sebanyak 81.242 jamaah. Pada tahun 1990, pemerintah Indonesia juga tidak mengatur batasan jumlah jamaah haji yang berangkat ke Tanah Suci, seperti yang tercantum pada Keppres RI no. 6 tahun 1990.

Tragedi Mina tahun 1990 bermula ketika tujuh orang jamaah haji jatuh dari jembatan penyeberangan yang pagarnya rusak. Persis di bawah jembatan tersebut, terdapat Terowongan Mina. Terjadi kepanikan pada jamaah haji yang berada di dalam terowongan, membuat sebagian besar orang berhenti secara mendadak, sementara ribuan jamaah tetap berjejalan masuk ke terowongan. Panas ekstrem di luar yang mencapai 44 derajat Celcius, ventilasi yang buruk di terowongan, serta blower terowongan yang tiba-tiba mati juga semakin memperparah keadaan.
Salah seorang korban selamat asal Sudan, sebagaimana dilansir Tempo dari The Washington Post, mengatakan, “Kami terjebak di dalam, tidak dapat bergerak maju atau pun mundur. Ada petugas yang melemparkan karung berisi air es, lalu kami ambil untuk mengatasi panas dan kehausan. Tidak ada ventilasi dan jumlah jamaah di terowongan terus bertambah setiap detik.”
Akibatnya, sebanyak 1.426 jamaah tewas akibat kehabisan napas dan terinjak-injak di terowongan. Sejauh mata memandang, terlihat banyak jenazah. Ini merupakan tragedi duka terbesar dalam momen haji selama puluhan tahun terakhir.
2300 hajjGEmap chart Tragedi Mina: Insiden Kelam yang Mengubah Pandangan Pemerintah Arab Saudi
Grafik korban keninggal selama pelaksanaan Haji 1990-2015. (Sumber: Associated Press & Saudi Central Department of Statistics and Information)

 

Tragedi Mina 2015

Setelah berulang kali terjadi tragedi meninggalnya jamaah haji akibat kapasitas yang tidak memadai, tragedi ini berulang kali di Mina pada tahun 2015. Tragedi Mina tahun 2015 menelan korban jiwa hampir 800 orang, 59 diantaranya berasal dari jamaah haji Indonesia. Jumlah tersebut akan terus bertambah mengingat masih banyak jamaah yang hilang dan belum ditemukan. Konon masih ada empat kontainer penyimpanan mayat yang belum dibuka.

Catatan kelam Tragedi Mina 1990 kemudian muncul dalam ingatan. Kondisi sesak menjadi penyebab utama para jamaah saling berebut jalan. Jurnalis BBC yang meliput pelaksanaan Ibadah Haji tahun 2015 menyaksikan tragedi tersebut. Di mana-mana bergelimpangan jenazah ditutupi kain putih dan para polisi sibuk mengamankan situasi yang kacau tersebut. Beberapa orang menangis, bingung dan ketakutan karena tercerai berai dengan anggota keluarga dan kelompok rombongannya.

Menurut jamaah haji asal Sudan kepada jurnalis BBC yang meliput di lapangan, salah satu hal yang menjadi penyebab tertumpuknya jamaah haji karena Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz juga sedang melaksanakan ibadah Haji. Hal tersebut menyebabkan kereta tertunda dan menutup jalan sehingga banyak orang berkumpul di stasiun. Ketika kereta tiba pada jam 02 pagi, terjadi kekacauan saat jemaah yang lelah berusaha naik.

Beberapa berusaha membuka gerbang darurat karena semua sesak napas karena panas dan kelelahan. Beberapa jam kemudian bahwa tragedi ini terjadi. Jamaah asal Sudan sebagaimana dikutip dari BBC mengatakan bahwa karena Raja Saudi melakukan ibadah haji, pengawal kerajaan tidak mau ada orang lain masuk ke Mekah. Mereka menghentikan kereta dan menutup jalan dan ketika dia selesai, semua orang berusaha masuk bersamaan.

Namun, pengakuan dari jamaah Haji asal Indonesia yang berada di Mina tahun 2015 mengatakan bahwa kenapa Tragedi Mina terus berulang? Tentu banyak faktor penyebabnya. Salah satunya adalah karena kurangnya disiplin para jamaah haji dalam mentaati jadwal melontar jamarat. Parahnya ketidakdisiplinan itu berasal dari ketua rombongan. Ada kesaksian dari beberapa jamaah yang selamat dalam tragedi Mina baru-baru ini bahwa  kepergian mereka ke pelontaran karena diajak oleh ketua rombongan, padahal jadwal melontar untuk jamaah Indonesia di sore hari. Ketua rombongan yang biasanya dipilih dari orang yang berpengetahuan dan berpengalaman justru menjerumuskan” para jamaah yang dipimpinnya.

Jadwal lempar Jumrah yang telah ditetapkan pemerintah Arab Saudi seharusnya ditaati semua pihak, sebab area pelontaran Mina tidak terlalu luas.  Meski pemerintah Saudi sudah memperlebar pilar jamarat dan membuat jalan layang beberapa tingkat, namun semua itu tetap saja tidak mampu menampung jutaan orang dalam waktu yang bersamaan.

Sikap dan Kebijakan Arab Saudi atas Tragedi Mina 2015

Pada tanggal 6 Juli 1990, presiden Indonesia saat itu yaitu Soeharto, menetapkan hari berkabung nasional atas Tragedi Mina 1990 dengan melakukan pengibaran bendera setengah tiang selama sehari penuh. Setelah insiden tersebut, Pemerintah Arab Saudi pun memperbesar, memperluas, dan meninggikan terowongan hingga menjadi 40 meter, dengan ventilasi yang besar memanjang di atas. Selain itu, dilakukan pula penambahan jumlah blower yang tergantung di atas terowongan.
Tak hanya itu, pemerintah setempat membangun tempat pelemparan jumrah di Mina dengan empat jalur lalu lintas. Keempat jalur ini dibangun agar para jamaah tidak saling bertabrakan. Jalur jembatan juga dilengkapi dengan kanopi besar yang berfungsi menutupi pilar dan jamaah dari panasnya suhu di gurun. Jalan ini dibangun berdekatan dengan pilar untuk mempercepat evakuasi jika terjadi keadaan darurat.

Kesimpulan

Dari Tragedi Mina, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kedisiplinan untuk keselamatan dan keamanan adalah hal penting dalam pelaksanaan ibadah Haji. Pastikan jadwal lempar jumrah yang kita lakukan sudah sesuai aturan dari jadwal yang sudah ditentukan oleh otoritas. Hal ini penting untuk mencegah Tragedi Mina terulang kembali karena tidak mau belajar dari kejadian sebelumnya.
Jika Anda ingin melaksanakan ibadah umroh dan haji, percayakan niat Anda untuk beribadah kepada Rawda Tour & Travel sebagai Biro Umroh Bandung untuk beribadah ke tanah suci. Rawda Travel adalah sebuah agen perjalanan Umrah yang terpercaya dan berpengalaman yang berlokasi di Kota Bandung sejak 2003. Banyak paket yang kami tawarkan sekaligus banyak Promo Umroh Bandung yang kami tawarkan. Selain Umroh, kami juga menawarkan Umroh plus Turki Bandung.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Baca Juga:

You cannot copy content of this page