Pendahuluan
Dalam Islam, sekte atau aliran dianggap sesat apabila ajaran atau keyakinannya bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah beberapa contoh sekte atau aliran yang dianggap sesat dalam Islam menurut pandangan mayoritas ulama.
Yuk, simak tulisan di bawah ini untuk lebih memahami tentang Ajaran Agama Baha’i dan mengapa ajaran Agama Baha’i dianggap bukan Islam.
Pembahasan
Agama Bahá’í adalah agama monoteistik yang didirikan pada abad ke-19 oleh Bahá’u’lláh di Persia (sekarang Iran). Agama ini berfokus pada kesatuan umat manusia, persatuan agama, dan keselarasan antara ilmu pengetahuan dan agama. Bahá’í merupakan salah satu agama independen di dunia dengan pengikut yang tersebar di lebih dari 200 negara.
Baca juga: Sekte dalam Islam dan sikap kita
Asal Usul Agama Bahá’í
1. Pendiri
Pendiri agama ini adalah Bahá’u’lláh (1817–1892), seorang bangsawan Persia yang mengklaim sebagai utusan Tuhan setelah menerima wahyu pada tahun 1863.
Bahá’u’lláh adalah pengikut ajaran Bábí, sebuah gerakan keagamaan di Persia yang didirikan oleh Báb pada tahun 1844.
2. Wahyu Bahá’u’lláh
Bahá’u’lláh mengajarkan bahwa ia adalah penerus dari para nabi sebelumnya, seperti Musa, Yesus, Muhammad, dan Báb, yang membawa ajaran baru untuk zaman modern.
Ajaran Utama Agama Bahá’í
1. Kesatuan Tuhan
Bahá’í meyakini bahwa Tuhan adalah satu, tidak terbagi, dan dikenal melalui para utusan-Nya (nabi).
2. Kesatuan Agama
Agama-agama besar di dunia (Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dll.) dianggap sebagai bagian dari wahyu yang progresif dari Tuhan. Setiap agama membawa pesan yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
3. Kesatuan Umat Manusia
Agama Bahá’í mengajarkan bahwa semua manusia adalah satu keluarga, tanpa memandang ras, etnis, atau kelas sosial. Diskriminasi apa pun ditolak.
4. Kesetaraan Gender
Agama ini menekankan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam semua aspek kehidupan.
5. Harmoni Ilmu Pengetahuan dan Agama
Ilmu pengetahuan dan agama dianggap sebagai dua aspek kebenaran yang saling melengkapi, bukan bertentangan.
6. Pemerintahan Dunia
Bahá’í percaya pada perlunya institusi pemerintahan global yang adil untuk menjaga perdamaian dunia.
—
Kitab Suci Bahá’í
1. Kitab Aqdas
Kitab suci utama Bahá’í yang berisi ajaran-ajaran hukum dan prinsip-prinsip dasar agama ini.
2. Kitab-Kitab Lain
Tulisan Bahá’u’lláh lainnya, termasuk surat-suratnya kepada para pemimpin dunia, dianggap sebagai bagian dari kitab suci.
Praktik Keagamaan Bahá’í
1. Doa dan Meditasi
Setiap pengikut Bahá’í diwajibkan membaca doa harian.
2. Puasa
Ada puasa tahunan selama 19 hari, dari matahari terbit hingga terbenam.
3. Ritual Sederhana
Agama Bahá’í tidak memiliki upacara keagamaan yang rumit. Perkawinan, pemakaman, dan acara-acara lainnya dilakukan dengan kesederhanaan.
Tempat Ibadah Bahá’í
Bahá’í memiliki beberapa Baitul Adzkar (rumah ibadah) di seluruh dunia yang terbuka untuk semua orang, tanpa memandang agama. Salah satu yang terkenal adalah:
Baha’i House of Worship di Delhi, India, yang berbentuk bunga teratai.
Status Agama Bahá’í di Dunia
1. Jumlah Pengikut
Diperkirakan ada sekitar 6-7 juta pengikut Bahá’í di dunia, dengan komunitas terbesar berada di India, Iran, dan Amerika Serikat.
2. Persekusi
Di Iran, tempat asal agama ini, pengikut Bahá’í sering menghadapi persekusi karena dianggap keluar dari Islam.
Mengapa Ajaran Baha’i Dianggap Sesat
Ajaran Bahá’í dianggap bukan bagian dari Islam karena keyakinan dan prinsip-prinsip dasarnya menyimpang dari ajaran Islam yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Meskipun agama Bahá’í muncul dari lingkungan Islam (Persia) dan awalnya terkait dengan gerakan Bábí, agama ini memiliki doktrin yang berbeda secara fundamental. Berikut adalah alasan utama mengapa Bahá’í tidak diakui sebagai bagian dari Islam:
1. Klaim Bahá’u’lláh sebagai Nabi Baru
Dalam Islam, Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir dan penutup para nabi (khatamun-nabiyyin), seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an:
> “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para nabi.”
(QS. Al-Ahzab: 40)
Bahá’u’lláh, pendiri Bahá’í, mengklaim dirinya sebagai nabi baru yang membawa wahyu setelah Nabi Muhammad SAW. Klaim ini bertentangan langsung dengan konsep finalitas kenabian dalam Islam.
—
2. Ajaran tentang Wahyu Progresif
Agama Bahá’í meyakini bahwa wahyu Tuhan terus berlanjut secara progresif melalui berbagai nabi, termasuk Bahá’u’lláh, yang dianggap sebagai pembawa wahyu terbaru.
Islam menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu terakhir dari Allah SWT dan tidak akan ada kitab suci atau nabi setelahnya.
3. Penyimpangan dari Prinsip Tauhid
Bahá’í mengakui Tuhan yang satu (monoteisme), tetapi ajaran mereka mencampurkan elemen-elemen dari berbagai agama, seperti Kristen, Hindu, dan Buddha.
Islam memiliki prinsip tauhid yang murni, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, tanpa menggabungkan ajaran agama lain.
4. Tidak Mengakui Syariat Islam Secara Penuh
Bahá’í memiliki hukum dan syariat yang berbeda dari Islam. Misalnya, mereka tidak mewajibkan pelaksanaan ibadah Islam seperti salat lima waktu, puasa Ramadan, atau haji ke Mekkah.
Islam memiliki syariat yang lengkap dan sempurna, yang diatur dalam Al-Qur’an dan sunnah, serta tidak memerlukan perubahan atau tambahan.
5. Penghapusan Identitas Islam
Bahá’í tidak menganggap dirinya sebagai cabang atau sekte dalam Islam, melainkan agama independen yang mengklaim sebagai kelanjutan dari semua agama besar, termasuk Islam.
Hal ini menjadikan Bahá’í lebih sebagai agama baru daripada bagian dari Islam.
6. Pandangan Ulama Islam
Mayoritas ulama Islam, baik Sunni maupun Syiah, menganggap Bahá’í sebagai agama yang berada di luar Islam karena penyimpangannya dari prinsip-prinsip dasar Islam.
Bahá’í juga sering dianggap sebagai gerakan yang bertentangan dengan Islam oleh negara-negara mayoritas Muslim, seperti Iran, yang tidak mengakui Bahá’í sebagai agama resmi.
Agama Bahá’í dianggap bukan Islam karena ajarannya menyimpang dari prinsip dasar Islam, yaitu tauhid, finalitas kenabian Nabi Muhammad SAW, dan kesempurnaan syariat Islam. Meskipun memiliki asal-usul dari wilayah Islam dan beberapa kesamaan dalam konsep monoteisme, Bahá’í secara teologis dan praktis berdiri sebagai agama independen yang berbeda dari Islam.
Kesimpulan
Agama Bahá’í adalah agama yang berorientasi pada persatuan dan perdamaian global, menekankan nilai-nilai universal seperti keadilan, kesetaraan, dan harmoni. Meskipun memiliki ajaran yang unik, agama ini menganggap dirinya sebagai kelanjutan dari agama-agama besar sebelumnya.
Konsultasikan rencana umroh dan haji Anda bersama kami, Rawda Travel Umroh Bandung. Rawda Travel merupakan biro perjalanan Umroh yang ada di Bandung. Dapatkan Promo Umroh Bandung bersama Rawda Travel yang sudah berpengalaman melayani keberangkatan ke Tanah Suci. Kami juga menawarkan Umroh plus Turki Bandung. Percayakan perjalanan Anda kepada kami demi kekhusyukan umroh dan haji Anda.
Baca Juga:
- Apa Itu Taqiyyah? Pengertian Serta Hukumnya Dalam Islam
- Kontroversi di balik Terbentuknya Nation of Islam (NOI) di Amerika
- Peristiwa Karbala: Titik Awal Perpecahan Islam Sunni dan Syiah
- Mengapa Karbala menjadi kota suci bagi Syiah?
- Kisah Hasan dan Husein Cucu Kesayangan dari Nabi Muhammad SAW
- Mengenal Jannatul Baqi
- Letter from Hajj, Surat dari Malcolm X Ketika Sedang Berhaji untuk Dunia
- Biografi Singkat Syekh Junaid Al-Batawi, Imam Besar Masjidil Haram dari Betawi
- Biografi Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Ulama Besar di Mekkah Asal Minangkabau
- Mengenal Wadi al Aqeeq dan Sejarahnya
Baca Juga:
- Sejarah Ibadah Haji dan Umroh
- 10 Kriteria Aliran Islam yang Sesat Menurut Ulama,…
- 32 Doa Untuk Orang Umroh Mabrur yang Dapat Dipanjatkan
- Hikmah Haji dan Umroh
- Merencanakan Umroh Keluarga: Tips dan Saran
- 7 Tips Menghadapi kerumunan Saat sedang Tawaf di…
- 7 Seluk Beluk Perbedaan Haji dan Umroh
- Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh
- 16 Tempat bersejarah di Mekkah dan Madinah
- Mengenal Jannatul Baqi