Hikmah di balik melaksanakan wukuf di Arafah

 

Hikmah Wukuf, Puncak Ibadah Haji yang Sangat Perlu Diketahui. Foto: Jamaah haji saat wukuf di Padang Arafah, Makkah, Arab Saudi (ilustrasi).

Wukuf di ‘Arafah adalah rukun haji yang paling mutlak. Artinya wukuf di ‘Arafah adalah momentum yang sangat sakral karena dibatasi oleh waktu. Wukuf artinya berhenti, diam tanpa bergerak. Wukuf adalah berkumpulnya seluruh jemaah haji di Arafah pada 9 Dzulhijjah sebagai puncak ibadah haji.

Jika dikaitkan dengan thawaf, yang diwarnai dengan gerakan, wukuf mengisyaratkan bahwa suatu saat gerakan itu akan berhenti. Jantung manusia suatu saat akan berhenti berdetak, matanya akan berhenti berkedip, kaki dan tangannya akan berhenti melangkah dan bergeliat.

Ketika semua yang bergerak itu berhenti, terjadilah kematian dan manusia sebagai mikro kosmos pada saatnya nanti akan dikumpulkan di Padang Mahsyar. Sampai di sini, Arafah menjadi lambang dari Padang Mahsyar, sebagaimana yang digambarkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW.

Tidak seperti rukun haji yang lain yang bisa dikerjakan bergeser dari waktu keumuman. Bahkan ada fatwa bahwa rukun bisa dijamak dengan wajib haji seperti thawaf ifadhah yang rukun dan thawaf wada’ yang wajib haji. Oleh karena itu menjelang batas akhir hari ‘arafah, para haji harus hadir di sana.

Pendeknya waktu yang diberikan kepada jamaah haji untuk wukuf di Padang Arafah sejak matahari tergelincir hingga terbenam pada 9 Dzulhijjah mempunyai arti yang sangat penting karena di waktu yang singkat itulah seluruh jamaah haji dari berbagai penjuru dunia berkumpul di satu tempat untuk melaksanakan rukun haji yang menentukan sah atau tidaknya ibadah haji.

Ketika melaksanakan wukuf, jamaah menggunakan pakaian ihram berwarna putih yang melambangkan kesucian. Menjalankan kegiatan wukuf di Tanah Suci tentunya terdapat hikmah bagi jamaah. Berikut ini hikmah wukuf di Arafah

  • Melaksanakan Rukun Haji

Bermula dari hadis “al-hajju ‘arafah”, bahwa rukun syariat haji wukuf di arafah. Secara leterlek bahasa hadis ini tidak bermakna langsung wukuf di ‘arafah. al-hajju ‘arafah ini secara bahasa berarti “haji itu mengenal”. Dalam kajian ma’rifat “haji/hujjah” itu diartikan “perjumpaan, berhadapan” dengan Tuhan, Allah Swt. Maka rangkaian kata “al-hajju ‘arafah” itu artinya “berjumpa itu mengenal”. Maka kemudian diartikan “berjumpa— berhadapan dengan Tuhan itu harus dengan mengenal Tuhan”.

Jadi secara bahasa “al-hajju ‘arafah” ini tidak langsung menunjuk padang ‘arafah. Karena kalimatnya bukan begini “al-hajju fî mîdânil ‘arafah — haji itu hadir di padang arafah”. Tetapi syariat wukuf di padang arafah ini ada ushulnya, ada sebabnya, mengapa harus di padang ‘arafah. Ialah, setelah Adam mendapat kalimat pertobatan dari Tuhan-Nya yaitu “rabbaná zhalamnâ anfusanâ wa inlam taghfir lanâ wa tarhamnâ lanakûnanna mina al-khâsirîn — Tuhan, kami telah zhalim akan diri kami, jika Engkau tidak mengampuni kami, pasti kami jadi orang-orang yang rugi”(Qs. al-A’raf/7:23). Kemudian Adam as diperintah thawaf mengelilingi baitul makmur tujuh kali (baca ushul dan hikmah thawaf). Setelah itu Adam as diperintah oleh Jibril untuk mengarahkan pandangannya ke arah bukit di pada luas itu. Di bukit itu Adam as memandang kekasihnya Hawa. Adam bergegas ke sana, dan bertemu di atas bukit itu. Ratusan tahun terpisah karena terlempar di permukaan bumi. Keduanya berpelukan erat bertangis-tangisan melepas rindunya. Sebab itulah bukit itu kemudian dinamai jabal rahmah, bukit kasih sayang.

Jadi, wukuf di ‘Arafah tidak sekedar memenuhi syari’at rukun haji. Karena syari’at rukun haji itu belakangan di tasyri’kan. Oleh karena itu harus kita fahami selain hafal dan datang secara fisik di ‘arafah itu ialah bahwa kita harus mengenal Allah sebagai Tuhan. Tentu bukan mengenal teori tentang Tuhan, tentang Allah, tentang segala ilmu terkait itu, bukan. Tetapi mengenal Allah secara WUJUD. Seperti Adam as memandang WUJUD. Saat memandang itulah Adam as menyapa WUJUD itu dengan sebutan ALLAH.

  • Ma’rifatullah

Wukuf bermakna pengenalan. Saat inilah seorang Muslim diharapkan bisa lebih mengenali dirinya dan Allah SWT sebagai Tuhannya. Di Arafah inilah umat Islam diminta untuk berdiam, merenung, berintrospeksi dan bertaubat kepada-Nya. Haji baru dapat mencapai hakikatnya jika seseorang dapat mengetahui hakikat dirinya di hadapan Tuhannya.

Karena itulah Rasulullah SAW bersabda, “Haji adalah (wukuf) pada hari Arafah.” (HR Ashabussunan dan Ahmad)

Dari sudut pandang fikih, haji mereka yang tidak berwukuf di Arafah tidak sah. Sementara dari sudut pandang spiritual, wukuf di Arafah harus mampu mengantarkan seseorang mencapai makrifat, yakni pengetahuan tentang status dirinya sebagai hamba Allah SWT.

  • Menghapus Dosa

Dari Anas ibn Malik RA berkata: Nabi Muhammad SAW wukuf di Arafah, di saat Matahari hampir terbenam, ia berkata: “Wahai Bilal suruhlah umat manusia mendengarkan saya. “Maka Bilal pun berdiri seraya berkata: “Dengarkanlah Rasulullah SAW,” maka mereka mendengarkan, lalu Nabi SAW bersabda: “Wahai umat manusia, baru saja Jibril AS datang kepadaku membacakan salam dari Tuhanku, dan dia mengatakan: “Sungguh Allah SWT mengampuni dosa-dosa orang-orang yang berwukuf di Arafah dan orang-orang yang bermalam di Masy’aril Haram (Muzdalifah), dan menjamin membebaskan mereka dari tuntutan balasan dan dosa-dosa mereka.”

Maka Umar ibn Khathab berdiri dan bertanya: “Ya Rasulullah, apakah ini khusus untuk kita saja?” Rasulullah menjawab: “Ini untuk kalian dan untuk orang-orang yang datang sesudah kalian hingga hari kiamat kelak.” Umar RA pun lalu berkata: “Kebaikan Allah sungguh banyak dan Dia Maha Pemurah.” (HR Ibnu Mubarak dari Anas RA)

Aisyah RA berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Tiada hari yang lebih banyak Allah membebaskan seorang hamba dari neraka selain dari hari Arafah…. (HR Muslim dari ‘Aisyah RA).

  • Menyempurnakan Syariat dan Hakikat

Hikmah berhakikat dari ‘arafah adalah memusatkan pandangan hati, memfokuskan, menujukan pandangan hati di Qiblat. Hikmahnya ialah supaya hati orang mukmin selalu tertaut kepada Tuhannya. Tentu supaya hati senantiasa mendapat intervensi Allah. Puncaknya, dengan intervensi Allah itu hati menjadi baik. Inilah yang disebut sebagai Haji Mabrur. Dengan haji yang sempurna zhahir-bathin ini hati diperbaiki oleh Allah.

Karena hati yang berpenyakit menjadi sumber semua persoalan dalam kehidupan. Sedangkan yang bisa memperbaiki hati itu HANYA Allah (Qs. al-Anfâl/8:24, al-A’râf/7:43). Mau atau tidak, kita harus bicara zhahir-bathin ini. Karena kita ini terdiri jasad dan ruh. Kita yang tidak mau memahami sisi hakikat dalam ibadah, artinya kita tidak mengakui eksistensi ruh, eksistensi diri kita sendiri. Itu artinya kita sama dengan menyatakan bahwa tubuh ini tanpa ruh, itu artinya mayat berjalan.

Beragama yang sempurna secara syariat dan hakikat ini berhikmah yang melahirkan sempurnanya hidup di permukaan bumi ini. Sempurnanya hidup itu ada pada hati yang tertata. Hati yang tertata itu haknya Allah Swt. Sedangkan Allah itu “laisa lahû ‘anâshirun min al-ajsâm — Allah itu tidak tersusun dari materi”. Itu sebabnya jika hati ingin ditata oleh Allah Swt jangan hanya mengandalkan amalan yang syariat saja yang berupa bacaan dan gerakan. Karena jika itu saja maka kita tidak ditilik, tidak dinilai oleh-Nya.

Demikianlah informasi dari Rawda Travel Umroh Bandung mengenai Hikmah dari Wukuf di Arafah. Semoga informasi yang diberikan dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Rawda Travel merupakan biro perjalanan Umroh yang ada di Bandung. Dapatkan harga promo umroh Bandung bersama Rawda Travel yang sudah berpengalaman melayani keberangkatan ke Tanah Suci. Paket Umroh dari Rawda Travel adalah paket umroh plus Turki dan paket umroh hemat. Kami juga menawarkan Jika Anda berdomisili di Jakarta, kami juga menawarkan umroh Jakarta. Percayakan perjalanan Anda kepada kami demi kekhusyukan umroh dan haji Anda.

Baca juga:

  1. Hikmah Haji dan Umroh
  2. Panduan Lengkap Persiapan Umroh bagi Pemula
  3. Mengenal Puasa Arafah: Berikut Penjelasan Lengkapnya
  4. Sejarah Ibadah Haji dan Umroh
  5. Memahami Rukun dan Wajib Umroh: Panduan Praktis
  6. Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh
  7. Apa saja larangan Ihram?
  8. 12 Larangan Umroh dan Haji setelah Berihram
  9. Ingin Umroh Backpacker? Ini resikonya yang wajib diketahui
  10. Jangan Nekat! Berikut beberapa orang yang tertangkap masuk ke Makkah secara Ilegal

You cannot copy content of this page