Sejarah Runtuhnya Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah

konstantinopel 4 Sejarah Runtuhnya Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah
Ilustrasi Istanbul pada masa kejayaannya (sumber: SHUTTERSTOCK/LESTERTAIR)

Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah atau yang sering juga disebut dengan Kesultanan Turki Ottoman adalah salah satu imperium Islam terbesar dalam catatan sejarah peradaban Islam yang pada puncak kejayaannya pada abad ke-16 menguasai wilayah lintas benua dari Afrika Utara, Timur Tengah hingga sebagian Eropa. Kekhalifahan atau Kesultanan ini didirikan oleh suku-suku Turki di bawah pimpinan Osman Bey di Anatolia pada tahun 1299 dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16.

Kekhalifahan ini memainkan peran penting dalam sejarah dunia secara ekonomi, politik dan kebudayaan selama kurang lebih 6 abad hingga keruntuhannya pasca Perang Dunia I tahun 1924. Yuk simak tulisan tentang Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah di bawah ini untuk mengetahui penyebab keruntuhan Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah ini. 

Sejarah Singkat

Setelah Kesultanan Rum bubar pada 1300-an, wilayah Anatolia terpecah menjadi beberapa emirat, termasuk yang dipimpin Osman I, pendiri Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah. Osman I memperluas wilayah hingga perbatasan Bizantium. Putranya, Orhan, menaklukkan Bursa pada 1324 dan mengakhiri kekuasaan Bizantium di Anatolia Barat Laut.

Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah terus memerpluas wilayahnya ke Balkan, merebut Thessaloniki (1387) dan memenangkan Pertempuran Kosovo (1389) serta melemahkan Serbia. Pada 1396, Perang Salib Nicopolis gagal menghentikan ekspansi mereka. Namun, serangan Tamerlane pada 1402 menangkap Sultan Bayezid I, memicu perang saudara hingga Mehmet I naik takhta pada 1413 dan memulihkan kekuasaan Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah.

Baca juga: Masjid Hagia Sophia

Sultan Murad II kemudian merebut kembali wilayah Balkan yang hilang dan menang dalam Pertempuran Varna (1444) serta Kosovo Kedua (1448), memperkuat dominasi Utsmaniyah di Eropa Timur.

Perkembangan dan Ekspansi Kekuasaan

Sultan Mehmed II atau yang lebih dikenal sebagai Sultan Muhammad al Fatih menaklukkan Konstantinopel pada 1453 dan mengizinkan kebebasan beragama bagi pemeluk Kristen Ortodoks dengan tetap menjamin Gereja Kristen Ortodoks aman di wilayah Turki Utsmaniyah. Salah satu gereja yang tetap dibiarkan berdiri namun diubah fungsinya menjadi masjid adalah Hagia Sophia atau Aya Sofia yang terletak di jantung kota Istanbul, Turki Modern kini.

Baca juga: Penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih (1453) dan Jejak Sejarah di Turki

Sultan Mehmed II kemudian memperkuat kendali Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah di wilayah tersebut. Pada abad ke-15 dan 16, kekhilafahan mengalami ekspansi besar, terutama di bawah Sultan Selim I, yang menaklukkan Persia, Mesir, dan memperluas pengaruh ke Laut Merah.

Di bawah pemerintahan Sultan Suleiman Agung (1520–1566), ia memperluas kekuasaan ke Eropa Tengah dengan mencaplok Beograd, menguasai sebagian besar Hungaria, serta mengepung Wina meskipun gagal. Di timur, ia merebut Baghdad dan mengamankan akses ke Teluk Persia. Kekaisaran Turki Utsmaniyah juga bersekutu dengan Prancis melawan Habsburg dan memperluas pengaruh ke Tanduk Afrika setelah menganeksasi Kesultanan Adal pada 1559.

OttomanEmpireMain Sejarah Runtuhnya Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah
Jangkauan terluas Kesultanan Utsmaniyah tahun 1683 (sumber: wikipedia

Pada akhir masa Sultan Suleiman, Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah memiliki populasi sekitar 15 juta jiwa, menguasai tiga benua, dan menjadi kekuatan maritim dominan di Laut Mediterania. Kesuksesan politik dan militernya sering disandingkan dengan Kekaisaran Romawi.

Kemunduran dan Keruntuhan

Kemunduran (1828–1908)

Pada masa Tanzimat (1839–1876), Kesultanan Utsmaniyah melakukan reformasi besar, termasuk pembentukan pasukan wajib militer modern, reformasi perbankan, sekularisasi hukum, dan modernisasi ekonomi. Konstitusi pertama disusun, namun parlemen hanya bertahan dua tahun sebelum dibubarkan.

Pendidikan Kristen berkembang pesat dibandingkan pendidikan Muslim, menyebabkan ketimpangan sosial dan ekonomi. Perang Krimea (1853–1856) melemahkan Utsmaniyah secara finansial, memaksa mereka mengambil pinjaman luar negeri dan menerima pengungsi dari Tatar Krimea serta Sirkasia.

Dalam Perang Rusia-Turki (1877–1878), Utsmaniyah kalah telak, kehilangan banyak wilayah di Eropa, termasuk Bulgaria, Rumania, Serbia, dan Montenegro. Austria-Hungaria menduduki Bosnia-Herzegovina, sementara Britania Raya mengambil alih Siprus dan Mesir.

Pada 1894–1896, pembantaian Hamidian menewaskan sekitar 100.000–300.000 etnis Armenia. Seiring menyusutnya wilayah Utsmaniyah, banyak Muslim Balkan bermigrasi ke Anatolia. Hingga 1923, hanya Anatolia dan Trakia Timur yang masih dikuasai Muslim.

Keruntuhan

Setelah serangkaian gejala kemunduran Turki Utsmaniyah di akhir abad ke-19, gejala kemerosotan semakin nampak yang mengakibatkan semakin terpuruknya kekuatan kekhilafahan di kancah regional dan internasional.

Era Konstitusional Kedua dimulai setelah Revolusi Turki Muda (1908), tetapi juga menandai awal keruntuhan Kesultanan Utsmaniyah. Austria-Hungaria menganeksasi Bosnia, dan Perang Balkan (1912–1913) membuat Utsmaniyah kehilangan hampir semua wilayahnya di Eropa, kecuali Trakia Timur. Sekitar 400.000 Muslim mengungsi akibat konflik etnis.

Dalam Perang Dunia I, Utsmaniyah bergabung dengan Blok Kekuatan Tengah, menang dalam beberapa pertempuran, tetapi kalah di berbagai front. Pada 1915, pemerintah Utsmaniyah melakukan deportasi dan pembantaian terhadap etnis Armenia, Yunani, dan Assyria, yang kemudian dikenal sebagai Genosida Armenia.

Pemberontakan Arab (1916) melawan Utsmaniyah, didukung Inggris, mengusir pasukan Utsmaniyah dari sebagian besar wilayah Arab. Inggris dan Prancis kemudian membagi Timur Tengah sesuai Perjanjian Sykes-Picot, mengecewakan nasionalis Arab yang menginginkan negara merdeka.

Gencatan Senjata Mudros (1918) mengakhiri perang di Timur Tengah, dan Perjanjian Sèvres (1920) memecah Kesultanan Utsmaniyah. Pendudukan Konstantinopel dan İzmir memicu Perang Kemerdekaan Turki (1919–1922) yang dipimpin Mustafa Kemal Atatürk. Pada 1 November 1922, kesultanan dibubarkan, dan Republik Turki dideklarasikan pada 29 Oktober 1923, diikuti dengan pembubaran kekhalifahan pada 3 Maret 1924.

Baca juga: Peristiwa 3 Maret 1924: Akhir dari Era Kekhalifahan Turki Usmani

Sultanvahideddin Sejarah Runtuhnya Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah
Sultan Mehmed VI, Khalifah Turki Utsmaniyah terakhir, 1922 (Sumber: mideastimage)

Faktor-Faktor Penyebab Runtuhnya Kekhilafahan Turki Utsmaniyah

Setelah kita mengetahui secara sekilas sejarah Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah dari fase perkembangan, Kejayaan hingga Kehancurannya di tahun 1924, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor penyebab runtuhnya Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah. Berikut ini adalah beberapa faktornya:

1. Kemunduran Internal dan Korupsi

Seiring bertambahnya usia kekhalifahan, banyak pejabat tinggi yang terjerat dalam praktik korupsi dan nepotisme. Para sultan yang lemah dan kurang kompeten semakin memperparah situasi. Keuangan negara yang buruk akibat gaya hidup mewah para elit juga melemahkan ekonomi Utsmaniyah.

2. Keterbelakangan Militer dan Teknologi

Pada awalnya, pasukan Utsmaniyah dikenal kuat dan inovatif dalam strategi militer. Namun, pada abad ke-17 dan ke-18, mereka gagal mengikuti perkembangan teknologi militer Eropa. Reformasi militer yang dilakukan sering kali menemui hambatan dari kalangan konservatif di dalam pemerintahan.

3. Perang dan Kekalahan Beruntun

Kekalahan dalam beberapa perang besar, seperti Perang Rusia-Turki (1768-1774) dan Perang Balkan, mempercepat kehancuran Utsmaniyah. Salah satu pukulan terbesar adalah kekalahan dalam Perang Dunia I (1914-1918), di mana Utsmaniyah bergabung dengan Blok Sentral (Jerman dan Austria-Hongaria) yang akhirnya kalah.

4. Gerakan Nasionalisme

Pada abad ke-19, berbagai gerakan nasionalisme mulai berkembang di wilayah-wilayah Utsmaniyah. Bangsa-bangsa seperti Yunani, Serbia, Bulgaria, dan Arab mulai menuntut kemerdekaan dari pemerintahan Turki. Hal ini semakin memperlemah cengkeraman Utsmaniyah atas wilayahnya.

5. Campur Tangan Negara-Negara Barat

Kekhalifahan Utsmaniyah sering menjadi sasaran negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, dan Rusia. Mereka menggunakan strategi politik dan ekonomi untuk melemahkan Utsmaniyah dari dalam. Perjanjian Sèvres (1920) semakin memecah belah wilayah Utsmaniyah setelah Perang Dunia I.

6. Revolusi dan Reformasi Mustafa Kemal Atatürk

Setelah kekalahan dalam Perang Dunia I, Mustafa Kemal Atatürk muncul sebagai pemimpin gerakan nasionalis Turki. Dia berhasil mendirikan Republik Turki pada tahun 1923 dan setahun kemudian, pada 3 Maret 1924, ia secara resmi menghapuskan institusi kekhalifahan.

Dampak Runtuhnya Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah

1. Hilangnya Pemimpin Tunggal Dunia Islam

Selama lebih dari 600 tahun, kekhalifahan Utsmaniyah menjadi simbol persatuan umat Islam. Dengan runtuhnya kekhalifahan, dunia Islam kehilangan pemimpin tunggal yang menyatukan berbagai bangsa Muslim di bawah satu pemerintahan.

2. Terbentuknya Negara-Negara Baru di Timur Tengah

Setelah Perjanjian Sykes-Picot (1916) dan Perjanjian Sèvres (1920), banyak wilayah bekas Utsmaniyah dibagi-bagi oleh Inggris dan Prancis. Hal ini menyebabkan munculnya negara-negara baru seperti Irak, Suriah, Lebanon, dan Yordania.

3. Sekularisasi di Turki

Di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Atatürk, Turki mengalami transformasi besar-besaran menuju negara sekuler. Hukum Islam dihapuskan, dan sistem pendidikan serta pemerintahan diubah untuk mengikuti model Barat.

4. Meningkatnya Konflik di Dunia Islam

Tanpa kekhalifahan sebagai pemersatu, banyak negara Muslim mengalami konflik internal dan perang saudara. Perpecahan antara Sunni dan Syiah semakin terasa, serta munculnya berbagai gerakan Islam yang ingin menghidupkan kembali sistem kekhalifahan.

5. Munculnya Upaya Menghidupkan Kembali Kekhilafahan

Beberapa kelompok Islamis modern, seperti Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir, berusaha untuk menghidupkan kembali konsep kekhalifahan Islam. Namun, hingga saat ini, belum ada negara Muslim yang berhasil membangun kembali institusi kekhalifahan dengan legitimasi yang luas.

Kesimpulan

Runtuhnya Kekhilafahan Islam Turki Utsmaniyah merupakan salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah dunia Islam. Faktor internal seperti korupsi, keterbelakangan teknologi, dan lemahnya kepemimpinan, serta faktor eksternal seperti campur tangan Barat dan gerakan nasionalisme, menjadi penyebab utama kehancurannya. Dampaknya masih terasa hingga saat ini, dengan dunia Islam yang terpecah belah dan berusaha mencari kembali identitasnya di tengah era modern.

Semoga artikel ini menambah wawasan tentang sejarah peradaban Islam. Bagi Anda yang ingin melaksanakan ibadah Umrah maupun Haji, Haji Khusus, Anda bisa memilih mempercayakannya kepada biro travel yang sudah memiliki track record terpercaya. Rawda Umroh Bandung telah berpengalaman dan memiliki izin beroperasional sebagai penyedia jasa umroh. Salah satu paket umroh terbaik dari Rawda ialah Umroh Plus Turki Bandung.

Sebagai penyedia jasa umrah terpercaya, Rawda menawarkan memiliki banyak pilihan paket umrah dan promo umroh Bandung yang dapat Anda sesuaikan dengan budget yang Anda miliki. Sahabat dapat cek beragam paket pilihan di link berikut ini.

Ingin perjalanan ibadah ke Tanah Suci lebih nyaman dan berkesan? Rawda Umroh Bandung jawabannya.

Baca Juga:

  1. Penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih (1453) dan Jejak Sejarah di Turki
  2. Masjid Hagia Sophia
  3. 16 Tempat Bersejarah di Mekkah dan Madinah
  4. Mengenal Jannatul Baqi
  5. Melihat Keajaiban Mada’in Salih: Situs Arkeologi Terkenal di Arab Saudi
  6. Tragedi Mina: Insiden Kelam yang Mengubah Pandangan Pemerintah Arab Saudi
  7. Doa untuk Orang Umroh Mabrur
  8. Apa itu Maqam Ibrahim? Berikut Sejarah dan Penjelasannya
  9. Daftar Nama Sultan Khalifah Turki Usmani (Dinasti Utsmaniyah)
  10. Peristiwa 3 Maret 1924: Akhir dari Era Kekhalifahan Turki Usmani

You cannot copy content of this page