Denda dalam Hajji dan Umroh Menurut Kitab Riyadh Al-Badi’ah

Dalam pelaksanaan haji dan umroh, terdapat konsep denda yang dikenal sebagai dam. Dam diperlukan ketika seseorang meninggalkan kewajiban atau melakukan hal yang diharamkan. Kitab Riyadh Al-Badi’ah menjelaskan empat jenis dam yang berlaku dalam haji dan umroh.

Jenis-jenis Dam

  1. Murottab Muqoddar dan Murottab Mu’addal
    • Murottab adalah denda yang tidak dapat dialihkan kepada orang lain kecuali jika yang bersangkutan tidak mampu membayarnya.
    • Mukhoyyar adalah denda yang dapat dialihkan ke hal lain dengan nilai denda yang sama.
    • Muqoddar adalah denda yang tidak berpindah nilainya.
  2. Alasan Murottab Muqoddar
    • Nadzar untuk menjalankan haji setiap tahun tanpa melaksanakannya.
    • Contoh: Hajji Tamattu’ dan Hajji Qiran yang tidak memenuhi kewajiban seperti mabit di Muzdalifah dan Mina.
  3. Pilihan Denda
    • Jika tidak mampu membayar dengan hewan (kambing), alternatifnya adalah berpuasa sepuluh hari.
  4. Murottab Mu’addal
    • Ada dua alasan utama: jima’ yang merusak dan ihshor (upaya menghindari melengkapi rukun-rukun ibadah).
    • Prioritaskan hal yang lebih penting jika tidak memenuhi syarat jima’ atau ihshor.
  5. Alasan Mukhoyyar Muqaddar
    • Termasuk tindakan seperti mencukur rambut dan kuku, menggunakan minyak atau parfum, dan melakukan jima’ di antara dua tahallul.
    • Pilihan alternatif: memberikan shadaqah atau berpuasa tiga hari.
  6. Mukhoyyar Mu’addal
    • Contoh alasan: merusak tanaman atau hewan.
    • Tidak boleh memindahkan denda atau penggantinya kecuali di tanah haram.
  7. Pengecualian
    • Dam karena ihshar memerlukan penyembelihan hewan di tempat ihshar dan pembagian dagingnya di sana.
    • Tidak sah memindahkan hewan sembelihan dari tempatnya kecuali ke tanah haram.

Dengan memahami konsep dan jenis dam ini, para jamaah haji dan umroh diharapkan dapat melaksanakan ibadah dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

You cannot copy content of this page