Pentingnya Meluruskan Niat Haji

Pentingnya Meluruskan Niat Haji: Niat memiliki peran yang sangat penting dalam suatu perbuatan atau ibadah manusia. Dengan meluruskan niatnya, setiap jamaah haji dapat mengetahui apa yang mereka inginkan dan ke mana mereka akan pergi untuk mencapai apa yang mereka inginkan.

Semua rukun dan syarat ibadah haji akan dilakukan dengan penuh ikhlas jika tujuannya benar dari awal. Sebaliknya, jika tujuannya salah, semua rukun dan syaratnya akan dilakukan dengan penuh ketidak-ikhlasan. Di sinilah memperbaiki niat sangat penting.

Oleh karena itu, sejak beberapa abad yang lalu, Rasulullah telah memprediksi bahwa akan ada orang yang akan melakukan ibadah haji dengan tujuan yang salah. Misalnya, orang kaya akan berhaji dengan tujuan penyembuhan, liburan, dan hal-hal lainnya; orang dengan pendapatan sedang atau menengah akan berhaji dengan tujuan berdagang, mendapatkan uang, bekerja, dan hal-hal lainnya; orang terhormat akan berhaji dengan tujuan pamer, sombong, dan mengemis. Nabi Muhammad mengatakan dalam salah satu haditsnya:

يَأْتِي على النَّاسِ زَمَانٌ يحجُّ أغنياؤهُم للنّزْهَةِ وَأَوْسَاطُهُمْ للتّجَارَةِ وَأَغْلَبُهُمْ للرِّيَاءِ والسُّمْعَةِ وفُقَرَاؤُهُمْ للمَسْأَلَةِ

Artinya, “Akan datang pada manusia suatu masa, di mana orang-orang kaya menunaikan ibadah haji untuk berwisata, orang-orang menengah untuk berdagang, orang-orang pandai untuk mendapatkan pujian dan pamer, dan orang-orang fakir untuk meminta-minta.” (HR Anas bin Malik).

Dalam karya besarnya, Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali (wafat 505 H), dia menjelaskan bahwa tujuan duniawi yang dicari manusia dengan melakukan ibadah haji mungkin menjadi penghalang untuk mendapatkan kemuliaan ibadah haji. Al-Ghazali mengatakan:

فَكُلُّ ذَلِكَ مِمَّا يَمْنَعُ فَضِيْلَةَ الْحَجِّ وَيُخْرِجُهُ عَنْ حَيْزِ حَجِّ الْخُصُوْصِ

Artinya, “Semua itu (tujuan-tujuan dunia) termasuk sesuatu yang bisa menjadi penghalang dari keutamaan haji, dan mengeluarkannya dari status hajinya orang-orang istimewa.” (al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Ma’rifah: tt], juz I, halaman 262).

Berdasarkan hadits dan penjelasan di atas, para jemaah haji harus benar-benar memperhatikan dan memperbaiki niatnya saat melaksanakan kewajiban rukun Islam kelima tersebut. Ini karena niat yang benar akan menjadi dasar untuk melakukan haji yang mabrur dan mendapatkan predikat sebagai haji orang-orang istimewa. Seperti apa niat yang tepat ketika seseorang ingin menunaikan ibadah haji? Ini adalah penjelasannya.

Niat yang Baik untuk Ibadah Haji

Dalam melaksanakan ibadah haji, niat yang benar adalah dengan menjadikan Allah swt sebagai satu-satunya tujuan dan menghilangkan semua tujuan lain yang dapat memengaruhi keikhlasan dan ketulusan, seperti jalan-jalan, rekreasi, keinginan untuk dipanggil oleh pak haji atau ibu hajah, berdagang, mengemis, atau sombong. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ

Artinya, “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (QS Al-Baqarah [2]: 196).

Dalam salah satu tafsirnya, Syekh Nawawi Banten mengatakan bahwa kewajiban untuk menyempurnakan semua rukun-rukun dan syarat-syarat ibadah haji dan umrah serta menjauhi semua hal yang diharamkan saat menunaikannya. Semua itu harus dilakukan dengan tulus ikhlas, semata-mata untuk beribadah kepada Allah, tanpa terpengaruh oleh tujuan duniawi. Menurut buku Mirah Labid li Kasyfi Ma’nal Qur’anil Majid, yang diterbitkan di Beirut oleh Darul Kutub Ilmiah pada tahun 1417 H, juz I, halaman 65

Syekh Sulaiman bin Umar al-Bujairami asy-Syafi’i (wafat 1221 H), yang setuju dengan pendapat ini, menjelaskan mengapa ada kata “lillah” di ayat di atas, yaitu sebagai isyarah bahwa niat yang benar dan ikhlas diperlukan untuk melakukan ibadah haji dan umrah. Karena banyak orang yang melakukan ibadah haji hanya untuk mendapatkan pujian orang lain,

قوله (وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ) إِنَّمَا أُتِيَ بِلَفْظِ لِلهِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّهُ يُطْلَبُ فِيْهِمَا إِخْلَاصُ النِّيَةِ، وَذَلِكَ لِأَنَّ الْغَالِبَ فِيْهِمَا الرِّيَاءُ وَالسُّمْعَةُ. قَالَ الدَّمِيرِيُّ: وَيَجِبُ عَلَيْهِ تَصْحِيحُ النِّيَّةِ فِيهِمَا، وَهُوَ أَنْ يُرِيدَ بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

Artinya, “(Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah) sebab adanya lafal “lillah-karena Allah” (pada ayat tersebut), sebagai bentuk isyarah perihal diharuskannya niat ikhlas ketika menunaikan ibadah haji dan umrah. Hal itu disebabkan, karena pada umumnya dalam menunaikan kedua ibadah tersebut terdapat tujuan ingin dipuji dan pamer. Imam ad-Darimi berkata: wajib bagi orang yang beribadah haji untuk membenarkan niat dalam menunaikan keduanya, yaitu dengan bertujuan karena Allah semata.” (Syekh Bujairami, Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Khatib, [Beirut, Darul Fikr: tt], juz III, halaman 181).

Ini adalah penjelasan singkat tentang pentingnya membenarkan dan memperbaiki niat saat melakukan ibadah haji untuk mendapatkan pahala yang mabrur dari rukun Islam kelima. Semoga bermanfaat, Wallahu a’lam.

You cannot copy content of this page