Inilah kisah inspriratif Sarinah, Tokoh utama dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Jika Anda mengira kisah tukang bubur yang bisa naik haji hanya ada dalam cerita sinetron, Anda harus melihat perjuangan Ibu Sariyah dari Desa Karanglewas Kidul, Kecamatan Karanglewas, Banyumas, Jawa Tengah. Meskipun hanya seorang penjual bubur keliling, Sariyah memiliki tekad yang kuat untuk menyempurnakan rukun Islam yang kelima. Setelah bertahun-tahun berjuang keras untuk mengumpulkan biaya, akhirnya ia berhasil mewujudkan impian suci tersebut.
Namun, perjalanan hidup Ibu Sariyah tidaklah mudah. Dengan ketekunan yang luar biasa, keuletan yang tak kenal lelah, dan niat yang tulus, Sariyah akhirnya berhasil meraih apa yang selama ini menjadi mimpinya: pergi berhaji. Melalui perjuangan panjang dan penuh pengorbanan, ia menunjukkan kepada semua orang bahwa dengan keyakinan dan kerja keras, segala sesuatu bisa tercapai.
Sebagai seorang janda yang memiliki tanggung jawab membesarkan anaknya sendirian, Sariyah harus berjuang sejak tahun 1990 untuk mewujudkan cita-citanya menunaikan ibadah haji. Sebagai penjual bubur keliling, ia menabung setiap rupiah dengan teliti dan disiplin. Berkat ketekunan dan kedisiplinannya selama 24 tahun, akhirnya ia berhasil mengumpulkan dana yang cukup untuk mewujudkan impian suci tersebut.
Penasaran bagaimana kisah perjuangan Sariyah? Simak berikut ceritanya:
Baca Juga: Bingung dengan Pintu yang Banyak di Masjid Nabawi? Berikut Panduannya!
1. Sariyah Jual Bubur dengan Gendongan
Hidup dalam kesederhanaan tidak membuat ibu satu anak yang sudah tidak memiliki suami karena meninggal beberapa puluh tahun lalu ini bergantung pada orang lain. Ia tetap berusaha untuk bertahan hidup sembari membulatkan niat dan keyakinan untuk berhaji memenuhi perintah Allah. “Penghasilan saya dulu waktu masih gendong sekitar Rp 5 ribu sehari. Kadang-kadang Rp 7 ribu. Sekarang sudah pakai sepeda, jualannya macam-macam sekarang sampai Rp 30 ribu, untungnya kadang-kadang sampai Rp 20 ribu,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Minggu (8/9).
Sehari-harinya, Sariyah yang kini berusia 52 tahun harus menyiapkan dagangannya sejak pagi hingga siang. Menjelang pukul 13.00 WIB hingga menjelang maghrib, ia berkeliling menjajakan dagangannya. Menggunakan sepeda tuanya, ia menyambangi satu per satu desa di sekitar rumahnya. “Sekitar tiga desa saya berkeliling untuk menjajakan bubur candil dan beberapa panganan lainnya,” ucapnya.
2. Hidup Sebatang Kara di Desa
Saat ini, Sariyah hidup sendiri. Anak satu-satunya tidak lagi tinggal di rumah karena merantau di Jakarta dan sudah berkeluarga. Ia masih menjajakan bubur untuk menambah uang saku selama menunaikan ibadah haji. Sariyah mengaku selama ini bekerja keras untuk menggapai cita-citanya menunaikan ibadah ke tanah suci. “Kalau memang sudah niat, mungkin Allah akan memberi rezeki yang mudah, barokah. Mudah-mudahan saudara saya semua di seluruh Indonesia dipanggil oleh Allah dengan hasil kerja keras sendiri,” ucapnya. Sariyah menjadi calon haji yang akan bertolak ke Tanah Suci. Ia berangkat bersama kelompok penerbangan kloter 47 yang akan berangkat pada 17 September nanti.
3. Sariyah Menabung 24 Tahun Demi Berhaji
Suasana di halaman Balai Desa Karanglewas Kidul, Kecamatan Karanglewas, Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (7/9) pagi, ramai dipadati warga. Mereka berkumpul mengikuti pengajian bersama untuk melepas jamaah calon haji dari desa tersebut. Ketua Panitia Pelepasan Calon Haji Desa Karanglewas Kidul, Warsono, menyatakan jumlah jamaah calon haji tahun ini lebih banyak dibanding tahun lalu. “Saat ini ada 13 calon haji yang akan berangkat ke tanah suci.
Salah satunya Ibu Sariyah yang berangkat sendiri,” ujarnya. Warsono baru mengetahui bahwa Sariyah selama ini berprofesi sebagai tukang bubur candil keliling. “Saya baru mengetahuinya setelah mendapat informasi dari warga,” jelasnya. Sariyah mengaku sudah menabung untuk berhaji sejak tahun 1990. Sedikit demi sedikit hasil jualan bubur kelilingnya disisihkan, dan setelah 24 tahun, Sariyah akhirnya bisa berhaji. “Jika ada niat untuk naik haji, maka Allah akan mengizinkan, meski hanya pedagang kecil,” kata Sariyah.
Baca Juga: Mengapa karbala menjadi kota suci bagi muslim syiah?
4. Perjuangan Sariyah Mengetuk Hati Siapa Saja
Kepala Dusun I tempat Sariyah tinggal, Slamet Mubarak, mengatakan bahwa warganya dikenal sebagai sosok yang sederhana dan pekerja keras. “Saya kira kisah tukang bubur naik haji hanya ada di sinetron. Tetapi ini sungguh perjuangan yang luar biasa dari Ibu Sariyah. Saya salut dengan kemauan dan kerja keras yang dikumpulkan Ibu Sariyah selama ini,” ucapnya setelah acara pelepasan jamaah calon haji. Sariyah yang berusia 52 tahun hanya mengandalkan pekerjaannya sebagai pedagang bubur candil atau bubur sumsum.
Selain menjual bubur sumsum, ia juga menjual panganan kecil yang biasa dijajakannya di sekitar wilayah tiga desa dekat rumahnya. “Awalnya saya berjualan bubur dengan cara menggendong. Tetapi, karena capai dan cepat pegal, saya menggunakan sepeda tua,” jelas Sariyah. Janda satu anak ini mulai berjualan keliling pada tahun 1990, mulai pukul 13.00 WIB hingga 18.00 WIB. Penghasilan jualan bubur yang awalnya hanya Rp 5 ribu hingga Rp 7 ribu saat menggunakan gendongan meningkat menjadi Rp 30 ribu setelah menjajakannya dengan sepeda ontel.
Dari penghasilan tersebut, sebanyak Rp 15 ribu digunakannya untuk biaya makan keluarga serta biaya sekolah anaknya, sedangkan sisanya ditabung untuk naik haji. “Pada tahun 2010, saya diberi tahu kalau uang tabungan sudah cukup untuk biaya haji,” ujarnya. Setelah mengetahui uangnya cukup, ia kemudian mendaftarkan diri untuk pergi haji pada tahun 2014. Sariyah tahun ini akan berangkat bersama sekitar 932 calon haji lainnya dari Banyumas. Sariyah sendiri masuk dalam kelompok terbang 47 dan termasuk dalam rombongan kedua.
Penutup
Perjuangan Sariyah tidak hanya memukau penduduk lokal tetapi juga mempengaruhi hati banyak orang. Dari seorang tukang bubur yang sederhana, ia menjadi contoh inspiratif tentang kegigihan dan ketulusan dalam mencapai impian. Kisahnya mengingatkan kita bahwa tiada yang mustahil bagi mereka yang berusaha dengan sungguh-sungguh.
Jika Anda sedang mencari layanan travel untuk Umroh Bandung, Anda dapat memilih Rawda Travel & Umroh sebagai biro perjalanan terpercaya di Bandung yang menawarkan kualitas tinggi dengan harga terjangkau. Sejak tahun 2003, kami telah menjadi pilihan utama bagi jamaah yang ingin melakukan ibadah Umroh ke tanah suci, dengan reputasi dan pengalaman yang telah teruji.
Kami menyediakan berbagai paket Umroh dan penawaran spesial yang menarik “Promo Umroh Bandung“. Selain perjalanan Umroh, kami juga menawarkan paket “Umrah plus Turki Bandung“.
Baca Juga: Letter from Hajj, Surat dari Malcolm X Ketika Sedang Berhaji untuk Dunia
Baca Juga:
- Sejarah Ibadah Haji dan Umroh
- 7 Seluk Beluk Perbedaan Haji dan Umroh
- Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh
- Hikmah Haji dan Umroh
- 32 Doa Untuk Orang Umroh Mabrur yang Dapat Dipanjatkan
- 7 Tips Menghadapi kerumunan Saat sedang Tawaf di…
- Oleh-oleh Haji dan Umrah
- Mengenal Haji Mabrur
- 15 Sebutan Nama Lain Al Qur'an yang Diperbolehkan…
- Berapa Inci Ukuran Koper Umroh yang Ideal?