Siapa Sangka, Kiswah Ka’bah Pernah Berwarna Merah: Begini Sejarahnya

kiswah merah

Ka’bah adalah bangunan suci yang berdiri di Masjidil Haram, Makkah, dan dianggap sebagai Baitullah atau Rumah Allah oleh seluruh umat Islam. Bangunan ini memiliki sejarah sangat panjang, jauh sebelum risalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satu bagian penting dari Ka’bah adalah kiswah, yaitu kain yang digunakan untuk menutupi bangunan Ka’bah.

Tidak banyak orang tahu bahwa dalam sejarah kiswah Ka’bah, ternyata pernah digunakan kain berwarna merah. Hal ini menjadi bukti bagaimana tradisi menutupi Ka’bah dengan kain sudah berjalan sejak ribuan tahun lalu, dengan beragam warna dan bahan sesuai zaman.

Awal Mula Pemasangan Kiswah

Menurut buku Fiqih Haji dan Umrah, yang dikutip dari riwayat Muhammad bin Ishaq, orang yang pertama kali memasang kiswah Ka’bah adalah Tuba’ As’ad Al-Himyari.

Diceritakan bahwa Tuba’ As’ad Al-Himyari bermimpi untuk menutupi Ka’bah dengan kiswah. Setelah itu, dia menutup Ka’bah menggunakan Al-Antha’, yaitu permadani yang terbuat dari kulit.

Kemudian, dia bermimpi lagi untuk memberi kiswah lain kepada Ka’bah, dan kali ini dia menggunakan kain Al-Washayil, yaitu kain berwarna merah bergaris yang dibuat di Yaman. Riwayat ini disebutkan oleh Al Azraqi dalam kitab Akhbar Mekah.

Dari riwayat ini terlihat bahwa sejak awal, sejarah kiswah Ka’bah sudah penuh cerita dan nilai simbolik.

Tradisi di Masa Jahiliyah

Setelah Tuba’ As’ad Al-Himyari, masyarakat Arab di masa jahiliyah pun melanjutkan tradisi memberikan kiswah Ka’bah. Mereka boleh memasang kiswah kapan saja, menggunakan bahan apa pun sesuai kemampuan.

Beberapa jenis kain yang tercatat pernah digunakan di masa itu antara lain:

✅ Al-Kasf, yaitu kain tebal
✅ Al-Ma’afir, kain buatan daerah Ma’afir
✅ Al-Mala’, kain tipis dan halus
✅ Al-Washayil, kain bergaris buatan Yaman
✅ Al-‘Ashb, kain yang ditenun dengan serat bambu

Jenis kain ini mencerminkan keragaman budaya dan keterampilan tenun bangsa Arab zaman dahulu. Semua bahan tersebut menjadi bagian penting dalam sejarah kiswah Ka’bah yang masih dikenang hingga kini.

Peran Suku Quraisy

Pada masa selanjutnya, kewenangan memasang kiswah Ka’bah dipegang oleh suku Quraisy. Pemimpinnya, Qushay bin Kilab, yang merupakan buyut Nabi Muhammad SAW, menetapkan aturan agar setiap kabilah menanggung biaya kiswah sesuai kemampuan mereka masing-masing.

Kebijakan ini dimaksudkan agar beban pemeliharaan Ka’bah menjadi tanggung jawab bersama. Namun di masa paceklik, muncul seorang tokoh bernama Abu Rabi’ah bin Al-Mughirah. Dengan kekayaannya yang melimpah, dia menanggung seluruh biaya kiswah sendirian.

Karena jasanya yang sangat besar, masyarakat Arab menyebut Abu Rabi’ah dengan gelar Al-Adl (sepadan). Hal ini untuk menunjukkan bahwa perjuangannya memasang kiswah dianggap sama nilainya dengan amanah besar yang diemban suku Quraisy. Bahkan, keturunannya kemudian disebut Bani Al-Adl sebagai bentuk penghargaan.

Kiswah Sutra

Dalam sejarah kiswah Ka’bah, tercatat juga nama Nutailah binti Janab, yaitu ibu dari Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib. Dialah perempuan pertama yang menghadiahkan kiswah dari kain sutra untuk Ka’bah.

Sutra adalah bahan yang sangat mewah dan mahal pada masa itu. Hal ini menunjukkan betapa besar penghormatan masyarakat Arab terhadap Ka’bah, dengan menutupi bangunan suci itu menggunakan bahan terbaik yang mereka miliki.

Warna Kiswah Ka’bah

Kalau kita melihat Ka’bah di zaman sekarang, kiswah selalu berwarna hitam dengan sulaman emas. Namun di masa lalu, ternyata sejarah kiswah Ka’bah mencatat bahwa warnanya pernah bermacam-macam.

✅ Pernah berwarna putih
✅ Pernah memakai kain bergaris
✅ Pernah menggunakan kain merah buatan Yaman
✅ Bahkan ada sumber yang menyebut kain hijau di masa tertentu

Semua perubahan warna itu terjadi karena perkembangan budaya, bahan, dan kemampuan masyarakat saat itu. Meski begitu, tujuan pemasangan kiswah tetap sama, yaitu menjaga kehormatan dan keindahan Ka’bah.

Nilai Spiritual Kiswah

Kiswah bukan hanya kain penutup, tetapi memiliki nilai spiritual yang dalam. Ketika orang melihat kiswah, mereka teringat kepada Allah SWT, karena Ka’bah adalah simbol tauhid dan pusat arah shalat umat Islam di seluruh dunia.

Pemasangan kiswah juga menandakan rasa syukur, kebersamaan, serta semangat gotong royong. Kiswah selalu menjadi saksi sejarah tentang cinta umat Islam kepada Ka’bah, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari ibadah haji maupun umrah.

Kiswah di Era Modern

Saat ini, kiswah Ka’bah dibuat dari kain hitam bermotif kaligrafi ayat Al-Qur’an bersulam benang emas. Proses pembuatannya dilakukan di pabrik khusus di Makkah, dengan teknologi modern dan tetap dijaga keasliannya secara turun-temurun.

Setiap tahun, kiswah lama diganti pada tanggal 9 Dzulhijjah, bertepatan dengan puncak musim haji. Tradisi ini menegaskan betapa umat Islam tetap menghormati warisan sejarah kiswah Ka’bah sejak ribuan tahun lalu hingga sekarang.

018147fcec70685e9c7b475694fecdd4 Siapa Sangka, Kiswah Ka'bah Pernah Berwarna Merah: Begini Sejarahnya

Penutup

Sejarah kiswah Ka’bah memang menarik dan penuh pelajaran. Dari kiswah merah buatan Yaman sampai kain sutra mewah, semuanya menunjukkan rasa cinta dan hormat umat kepada Baitullah.

Bagi kamu yang ingin melihat kiswah Ka’bah dari dekat dan mempelajari sejarahnya langsung di Tanah Suci, Rawda Umroh Bandung siap membantu dengan program umroh yang nyaman, lengkap, dan sesuai tuntunan syariat.

Semoga Allah memberikan kita kesempatan menjadi tamu-Nya di Baitullah, dan merasakan keindahan Ka’bah serta kiswahnya dengan mata kepala sendiri.

You cannot copy content of this page