Sa’i merupakan salah satu rukun dalam rangkaian ibadah haji dan umroh. Namun, apakah Anda mengetahui sejarah sa’i tersebut?
Sebagai salah satu rukun ketika melaksanakan ibadah haji atau umroh, sa’i ini bersifat wajib untuk Anda lakukan. Ibadah yang dilakukan oleh para jamaah haji dan umroh ini memiliki sejarah dan makna tersendiri.
Penasaran? Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengertian sa’i, sejarah sa’i, sekaligus makna ibadah sa’i.
Baca Juga : Apa Itu Tawaf Ifadah? Syarat dan Tata Cara Pelaksanaannya
Pengertian Sa’i
Sa’i merupakan rukun haji dan umroh yang wajib Anda lakukan. Ibadah sa’i ini bisa dilakukan setelah jamaah haji atau umroh telah melaksanakan tawaf atau mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali.
Sa’i merupakan ibadah haji dan umroh yang dilakukan dengan berlari-lari kecil atau berjalan dengan bergegas sebanyak tujuh kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah.
Bukit Shafa dan Bukit Marwah sendiri merupakan tempat suci sekaligus bersejarah. Sejarah kedua bukit tersebut berkaitan dengan kisah Nabi Ismail yang merupakan putra dari Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Selain itu, kedua bukit tersebut juga berkaitan dengan kemunculan sumur zamzam.
Proses ibadah sa’i ini dilaksanakan dari Bukit Shafa. Ketika sudah berada di Bukit Shafa ini, jamaah haji atau umroh dapat naik ke atas Bukit Marwah lalu menghadap ke arah Kabah.
Lokasi Bukit Shafa dan Marwah
Sebelum 1375 Hijriah atau tahun 1955 hingga 1956, Bukit Shafa dan Bukit Marwah berada di luar area Masjidil Haram. Namun, setelah Pemerintah Arab Saudi melakukan renovasi Masjidil Haram, kedua bukit tersebut kini berada di dalam area Masjidil Haram.
Lokasi Bukit Shafa berada kurang lebih 100 meter dari Kabah. Sementara Bukit Marwah terletak kurang lebih 350 meter dari Kabah.
Jarak kedua bukit tersebut sekitar 405 meter. Jadi, ketika melaksanakan ibadah sa’i ini, jamaah haji atau umroh dapat menempuh perjalanan hingga lebih dari 3 kilometer.
Baca Juga : Cara Menabung Untuk Umrah
Sejarah Sa’i
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ibadah sa’i tidak lepas dari kisah Nabi Ismail dan Siti Hajar. Sejarah sa’i ini berawal ketika Siti Hajar mencari air untuk Ismail yang masih bayi.
Kisahnya berawal dari Nabi Ibrahim yang meninggalkan Siti Hajar dan Ismail di gurun yang sangat tandus atas perintah Allah SWT. Pada awalnya, Siti Hajar merasa bingung dan sedih atas tindakan yang dilakukan Nabi Ibrahim. Namun, setelah mengetahui jika itu merupakan perintah Allah SWT, Siti Hajar merasa lebih tenang.
Nabi Ibrahim lalu pergi meninggalkan Siti Hajar dan Ismail di tempat yang tandus tersebut. Namun, Ibrahim tetap memberikan bekal makanan dan minuman untuk Siti Hajar dan Ismail.
Akan tetapi, bekal yang Ibrahim berikan tersebut lama kelamaan habis. Sementara itu, Ismail terus menangis karena kehausan.
Dari tempatnya berada, Siti Hajar melihat Bukit Shafa. Kemudian, ia bergegas pergi mencari air menuju puncak Bukit Shafa. Sayangnya, ia tidak menemukan air di puncak bukit tersebut.
Lalu, Siti Hajar memutuskan untuk bergegas turun ke Bukit Marwah. Lagi-lagi ia tidak menemukan air di sana.
Siti Hajar memutuskan kembali lagi ke Bukit Shafa dan kembali lagi ke Bukit Marwah. Ia berlari bolak-balik dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah hingga tujuh kali.
Setelah berbolak-balik dari kedua bukit tersebut sebanyak tujuh kali, Siti Hajar mendengar suara gemericik air dari Bukit Marwah. Ia pun menghampiri sumber suara gemericik tersebut.
Alangkah terkejutnya Siti Hajar ketika menemukan pancaran air deras yang keluar dari dalam tanah di bawah telapak kaki Ismail.
Kini, air tersebut dikenal dengan air zamzam. Sementara sumber mata air atau yang biasa disebut sebagai sumur zamzam tersebut tidak pernah kekeringan hingga 4000 tahun lamanya.
Peristiwa Siti Hajar yang berlari dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah sebanyak tujuh kali tersebut lalu dijadikan sebagai dasar ibadah sa’i yang dilakukan ketika ibadah haji dan umroh.
Baca Juga : 32 Doa Untuk Orang Umroh Mabrur Yang Dapat Dipanjatkan
Makna Ibadah Sa’i
Selain bersejarah, ibadah sa’i ini juga memiliki makna yang dalam. Secara bahasa, arti kata sa’i yaitu berjuang atau berusaha.
Namun, makna sa’i ini kemudian dikembangkan menjadi sebuah perjuangan hidup untuk pribadi, keluarga, dan masyarakat. Sa’i bermakna sebagai perjuangan hidup yang pantang menyerah. Selain itu, sa’i juga bermakna bahwa hidup harus dijalani dengan penuh kesabaran, ketakwaan, dan tawakal kepada Allah SWT.
Penutup
Demikian pengertian, makna, dan sejarah sa’i. Ibadah sa’i ini bersifat wajib, artinya Anda harus melaksanakan sa’i ketika melakukan ibadah haji atau umroh. Selain memiliki kisah sejarah yang menarik, ibadah sa’i ini juga memiliki makna yang dalam untuk menjalani kehidupan.
Percayakan perjalanan umroh Anda dengan Rawda Travel. Rawda Travel telah menemani banyak jamaah haji dan umroh untuk beribadah ke tanah suci dengan lancar sejak tahun 2003. Untuk informasi mengenai biaya dan fasilitas, Anda dapat mengunjungi Promo Rawda Travel.
Baca Juga:
- 7 Seluk Beluk Perbedaan Haji dan Umroh
- Merencanakan Umroh Keluarga: Tips dan Saran
- Hikmah Haji dan Umroh
- 32 Doa Untuk Orang Umroh Mabrur yang Dapat Dipanjatkan
- Sejarah Ibadah Haji dan Umroh
- Pentingnya Mencari Biro Umroh Terpercaya dan Terlisensi
- Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh
- Mengenali Etika dan Adab Saat Berinteraksi dengan…
- 7 Tips Menghadapi kerumunan Saat sedang Tawaf di…
- 10 Tips Agar Para Jemaah Tidak Gampang Tersesat…