Mengenal Multazam

multazam

Apakah Anda tahu tentang Multazam? Berikut informasinya dari Rawda travel mengenai apa itu Multazam. Simak penjelasannya berikut ini.

Pengertian Multazam

Multazam adalah bagian yang sangat dihormati dari Ka’bah, terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Nama Multazam berasal dari istilah “iltizamuhu” merujuk pada tindakan mendekatkan diri, yaitu saat seseorang yang berdoa menempatkan dada, wajah, lengan, dan kedua tangannya di atasnya serta memohon kepada Allah segala hal yang diinginkannya dengan kemudahan yang diberikan-Nya.

Namun, tidak ada doa khusus yang diwajibkan di tempat ini bagi seorang muslim. Merapat ke Multazam diperbolehkan saat memasuki Ka’bah (jika memungkinkan), sebelum thawaf wada’, atau pada waktu lainnya. Namun, penting untuk tidak mengganggu orang lain dengan doa yang terlalu panjang atau berdesakan.

Multazam merupakan area yang dianggap sebagai lokasi di mana doa-doa dikabulkan. Tempat ini menjadi titik utama untuk berdoa secara pribadi dan memohon ampunan dari Allah SWT. Bahkan, para Nabi dan sahabat meyakini bahwa doa-doa mereka selalu dikabulkan jika dipanjatkan di Multazam.

Biasanya, para jamaah haji dan umrah menghadapkan doa-doa mereka di Multazam, merayu kepada Allah SWT setelah melakukan thawaf. Menurut beberapa riwayat, di Multazam, Allah SWT telah menetapkan untuk menerima permohonan setiap individu yang berdoa dengan tulus kepada-Nya. Oleh sebab itu, umat Muslim yang berdoa di tempat ini seringkali merasa haru dan terenyuh oleh kemuliaan ilahi, dan air mata kerap mengalir saat berdoa.

multazam

Multazam tempat Berdo’a Mustajab

Terdapat beberapa faktor mengapa multazam disebut-sebut sebagai tempat berdo’a yang mustajab. Simak penjelasannya berikut ini.

1. Nabi Ibrahim

Faktor pertama alasan mengapa multazam disebut sebagai tempat paling mustajab untuk berdo’a dikarenakan tempat ini adalah tempat Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim merupakan seseorang yang membangun Ka’bah merupakan manusia dengan energi besar kemudian meresonansi terhadap apa yang telah diperbuat sebelumnya. Beliau juga terkenal dengan sifat hati yang lembut. Hati yang lembut mengeluarkan cahaya dan suasana positif dalam diri.

Oleh karena itu, semakin seseorang memiliki sifat lembut dan tulus, semakin kuat pula pancaran energi positif yang dihasilkannya, dan hal ini berpotensi mempengaruhi lingkungan di sekitarnya.

2. Hajar Aswad

Faktor kedua adalah terdapat Hajar Aswad merupakan batu hitam peninggalan Nabi Ibrahim yang memiliki konduktivitas tinggi. Hajar Aswad sebagai pintu keluar masuknya energi karena memiliki daya hantar elektromagnetik sangat besar.

Manusia memiliki perbuatan yang menghasilkan gelombang elektromagnetik. Perbuatan ini meliputi perkataan, berpikir, melakukan aktivitas dan lain-lain. Jamaah yang keluar masuk hajar aswad ini menjadi daya hantar elektromagnetik yang besar.

3. Tempat dilakukannya tawaf

Jamaah yang melaksanakan ibadah haji atau umroh melaksanakan tawaf mengelilingi Ka’bah menghasilkan energi yang besar.

4. Terdapat Ka’bah sebagai Kiblat

Faktor keempat ialah terdapat bangunan Ka’bah sebagai kiblat. Jamaah yang melaksanakan ibadah memancarkan energi positif mengarah kepada Ka’bah yang begitu besar. Oleh sebab itu, berdo’a di Multazam do’anya sangat mustajab.

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Masjid Hagia Sophia, Dari Museum Jadi Masjid Kembali

Cara Berdo’a di Multazam

Multazam merupakan tempat di mana doa-doa paling mustajab. Allah SWT meridhoi mereka yang melakukan iltizam yang paling mendalam, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abdurrahman bin Sofwan berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menguasai Mekkah, saya berkata, ‘Saya akan mengenakan pakaianku, sementara rumahku di tengah jalan. Saya ingin melihat apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Maka saya pergi dan melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari Ka’bah bersama para sahabat. Mereka menyentuh dinding Ka’bah dari pintu hingga Hittim. Mereka mendekatkan pipi mereka ke dinding Ka’bah, sedangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di tengah-tengah mereka.” (HR. Abu Dawud, 1898 dan Ahmad, 15124).

Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, berkata: “Saya melakukan thawaf bersama Abdullah, dan saat kami tiba di belakang Ka’bah, saya berkata, ‘Haruskah kita melindungi diri?’ Dia menjawab, ‘Kita berlindung dengan (Nama) Allah dari api neraka.’ Setelah melewati tempat itu, saya menyentuh Hajar Aswad, dan berdiri di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Kemudian dia meletakkan dada, wajah, lengan, dan kedua tangannya di tempat tersebut, serta merentangkan tangannya. Lalu dia berkata, ‘Beginilah saya melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya.'” (HR. Abu Dawud, 1899, Ibnu Majah, 2962).

Kedua hadits ini saling memperkuat satu sama lain. Dan dalam riwayat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau menyebutkan bahwa Al-Multazam berada di antara Rukun (Hajar Aswad) dan Pintu (Ka’bah).

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan: “Jika seseorang ingin mendekati Multazam, yaitu di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah, lalu meletakkan dada, wajah, lengan, dan kedua tangannya serta berdoa kepada Allah Ta’ala untuk keperluannya, dia diizinkan melakukannya. Hal ini bisa dilakukan sebelum thawaf wada’, karena tindakan ini tidak dipengaruhi oleh apakah itu thawaf wada’ atau thawaf lainnya. Para sahabat juga melakukan hal yang serupa ketika mereka memasuki Mekkah.”

Baca Juga: Sejarah Jabal Rahmah

Do’a Tuntunan di Multazam

Bacaan do’a tuntunan dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:

اللهمَّ إني عبدك وابن عبدك وابن أمتك حملتني على ما سخرتَ لي مِن خلقك وسيرتَني في بلادك حتى بلغتَني بنعمتِك إلى بيتِك وأعنتَني على أداء نسكي فإنْ كنتَ رضيتَ عني فازدَدْ عني رضا وإلا فمِن الآن فارضَ عني قبل أنْ تنآى عن بيتك داري فهذا أوان انصرافي إنْ أذنتَ لي غير مستبدلٍ بك ولا ببيتِك ولا راغبٍ عنك ولا عن بيتِك اللهمَّ فأصحبني العافيةَ في بدني والصحةَ في جسمي والعصمة في ديني وأحسن منقلبي وارزقني طاعتك ما أبقيتَني واجمع لي بين خيري الدنيا والآخرة إنك على كل شيء قدير

Artinya:

“Ya Allah, Tuhan kami, sesungguhnya saya adalah hambaMu dan anak dari hambaMu, anak budak-Mu. Engkau bawa kami dengan apa yang telah Engkau jalankan kepadaku dari makhlukMu. Dan Engkau jalankan diriku dari negeriMu sehingga Engkau sampaikan dengan nikmatMu ke rumahMu. Dan Engkau bantu kami agar dapat menunaikan manasikku. Kalau sekiranya Engkau rido kepada diriku, maka tambahkanlah kepada diriku keridoanMu. Kalau sekiranya (belum), maka dari sekarang (berikanlah) keredoan kepada diriku sebelum meninggalkan rumahMu (menuju) rumahku. Ini adalah waktu kepergianku, jikalau Engkau mengizinkan kepadaku tanpa (ada rasa) menggantikan dari diriMu, juga rumahMu, dan (tidak ada perasaan) benci kepadaMu dan pada rumahMu. Ya Allah, Tuhanku. Sertakanlah kepada diriku kesehatan pada badanku, dan kesehatan di tubuhku serta jangalah agamaku, dan perbaikilah tempat kembaliku, berikanlah rezki (dengan) ketaatan kepadaMu selagi saya (masih) hidup. Dan gabungkanlah untuk diriku kebaikan dunia dan akhirat. Sesungguhnya Engkau terhadap sesuatu Maha Mampu.”

Pendapat tentang Berdo’a di Multazam

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan tentang perbedaan pendapat di antara para ulama, tentang berdo’a di Multazam. Padahal hal ini tidak memiliki dasar dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam (artinya, tidak ada hadits sahih yang mengaitkan dengan memperkuat atau melemahkan hadits-hadits tentang hal ini). Namun, ada beberapa riwayat dari beberapa sahabat radhiallahu ‘anhum tentang menempelkan atau iltizam merupakan sunnah dan kapan melakukannya.

Perbedaan pendapat di kalangan para ulama terjadi karena tidak adanya ajaran sunnah yang jelas dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai hal ini. Namun, sebagian sahabat –radhiallahu ‘anhum- melakukannya ketika pertama kali tiba di Mekkah. Para ahli fiqih berpendapat bahwa tindakan ini sebaiknya dilakukan ketika seseorang meninggalkan Mekkah, yaitu dengan mendekatkan diri di Multazam, yakni antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Dengan demikian, melakukan iltizam (menempelkan tubuh di Ka’bah) adalah sah selama tidak menimbulkan cedera atau kerumunan yang berlebihan.” (Syarkhul Al-Mumti’, 7/402, 403).

Sekian informasi mengenai tentang multazam dari rawda travel umroh bandung. Semoga informasi yang diberikan dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Jika Anda berkeinginan untuk melaksanakan ibadah umroh namun bingung memakai jasa apa yang terpercaya, percayakan perjalanan Anda bersama dengan Rawda travel dan dapatkan penawaran harga promo umroh bandung. Salah satu paket dari Radwa travel adalah Paket Umroh Plus Turki.

You cannot copy content of this page