Terdapat dua kisah para hafidz qur’an penyandang tunanetra dan tunarungu yang sangat inspiratif. Menghafal Al-Qur’an adalah salah satu bentuk ibadah yang paling mulia dalam Islam, yang memerlukan dedikasi, disiplin, dan ketekunan yang luar biasa. Prestasi ini bukan hanya dicapai oleh orang-orang dengan kondisi fisik yang sempurna, tetapi juga oleh mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Dengan semangat yang tidak kenal lelah dan dukungan dari lingkungan sekitar, mereka mampu meraih pencapaian yang menakjubkan.
Artikel ini mengangkat kisah inspiratif dari dua hafidz Qur’an yang luar biasa: Ayu Zaskia, seorang penyandang tunanetra, dan para santri dari Pondok Pesantren Tunanetra Sam’an Darushudur. Kisah mereka mengajarkan kita bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih prestasi besar dalam hidup.
Baca Juga: Penasaran dengan Apa Isi di Dalam Ka’bah? Begini Penampakannya
Kisah Ayu Zaskia, Gadis Tunanetra Penghafal Al-Qur’an
Ayu Zaskia Dwi Nuhri Safitri, seorang gadis berusia 17 tahun dari Indramayu, Jawa Barat, adalah contoh nyata bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk menghafal Al-Qur’an. Sejak usia lima tahun, Ayu yang tidak dapat melihat memilih SLB Negeri 2 Indramayu sebagai tempatnya belajar. Di sana, ia memulai perjalanan panjangnya dalam menghafal Al-Qur’an dengan bantuan guru dan teknologi. Meski menghadapi berbagai tantangan, Ayu menunjukkan semangat yang luar biasa dalam belajar.
Dengan pendengaran yang tajam, Ayu sering kali merekam bacaan Al-Qur’an di ponsel dan mendengarkannya berulang kali hingga hafal. Pada usia tujuh tahun, Ayu sudah mulai menghafal Al-Qur’an. Hingga kini, ia telah menghafal sembilan juz. Ayu tidak hanya mengandalkan pendengarannya, tetapi juga belajar memahami simbol-simbol braille, yang memungkinkannya membaca dan menghafal Al-Qur’an dengan lebih efektif.
Keberhasilan Ayu tidak lepas dari dukungan orang tuanya yang selalu memperlakukannya seperti anak pada umumnya. Meski memiliki keterbatasan, Ayu juga berbakat dalam bidang sastra dan musik. Bahkan, ia pernah menjadi finalis lomba menyanyi dalam ajang piala gubernur tahun lalu. Prestasi ini menunjukkan bahwa Ayu tidak hanya fokus pada satu bidang, tetapi juga mengembangkan berbagai bakatnya dengan baik.
Baca Juga: Letter from Hajj, Surat dari Malcolm X Ketika Sedang Berhaji untuk Dunia
Pondok Pesantren Tunanetra Sam’an Darushudur
Berbeda dengan Ayu yang menghafal Al-Qur’an secara mandiri, para santri di Pondok Pesantren Tunanetra Sam’an Darushudur di Kampung Sekegawir, Bandung Utara, melakukan hafalan Al-Qur’an secara kolektif. Pesantren ini didirikan pada tahun 2014 dan fokus pada pendidikan Al-Qur’an bagi santri difabel netra. Dengan metode pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, para santri mampu menghafal Al-Qur’an dengan efektif dan efisien.
Selama bulan Ramadhan, 25 santri di pondok ini menyetorkan hafalan mereka lima kali sehari setelah shalat fardhu. Kegiatan ini dimulai sejak subuh dan dilanjutkan sepanjang hari, sehingga para santri dapat memanfaatkan setiap waktu untuk menghafal dan memperdalam ilmu mereka. Di luar bulan Ramadhan, kegiatan mereka juga mencakup pelatihan komputer dan pelajaran keislaman lainnya seperti tajwid, bahasa Arab, dan fikih. Hal ini menunjukkan komitmen pondok pesantren untuk memberikan pendidikan yang holistik dan menyeluruh.
Menurut Ketua Yayasan Sam’an Netra Berkah, Solehudin, pondok pesantren ini bertujuan untuk mencetak pengajar Al-Qur’an braille dan hafidz tunanetra. Para santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia tidak dikenakan biaya pendidikan, karena dana operasional pondok diperoleh dari donatur. Ini adalah bentuk kepedulian sosial yang sangat mulia, memastikan bahwa pendidikan agama dapat diakses oleh semua orang, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik.
Salah satu santri, Zainal Arifin, yang juga merupakan penyandang tunanetra, merasa sangat terbantu dengan keberadaan pesantren ini. Ia telah berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an dan meraih juara tiga dalam lomba menghafal Al-Qur’an di Masjid Pusdai Jawa Barat. Zainal berharap dapat terus menjaga hafalannya dan menjadi pengajar Al-Qur’an braille di masa depan. Kisah Zainal menunjukkan bahwa dengan semangat dan tekad yang kuat, seseorang dapat mencapai tujuan yang tampaknya sulit dicapai.
Penutup
Kisah-kisah inspiratif dari Ayu Zaskia dan para santri di Pondok Pesantren Tunanetra Sam’an Darushudur menunjukkan bahwa dengan semangat, ketekunan, dan dukungan yang tepat, keterbatasan fisik tidak akan menghalangi seseorang untuk mencapai prestasi besar. Mereka adalah bukti nyata bahwa tidak ada yang mustahil jika kita bersungguh-sungguh dalam usaha dan berdoa kepada Allah SWT. Kisah mereka menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang dan tidak pernah menyerah, apapun tantangan yang kita hadapi.
Apabila Anda mencari layanan perjalanan umrah di Bandung, Rawda Travel & Umroh adalah opsi yang sangat direkomendasikan. Sebagai agen perjalanan yang dapat dipercaya, kami menyediakan layanan berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau. Sejak tahun 2003, kami telah menjadi pilihan utama bagi jemaah yang ingin menjalankan ibadah umrah ke tanah suci, dengan reputasi dan pengalaman yang telah teruji.
Kami juga menyajikan beragam paket umrah dan promosi spesial melalui “Promo Umrah Bandung“. Selain itu, kami menawarkan opsi paket “Umrah Plus Turki Bandung” yang menarik.
Baca Juga: Panduan Manasik Haji dan Umrah Bagi Jamaah Lansia
Baca Juga:
- Sejarah Ibadah Haji dan Umroh
- 32 Doa Untuk Orang Umroh Mabrur yang Dapat Dipanjatkan
- Hikmah Haji dan Umroh
- Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh
- Merencanakan Umroh Keluarga: Tips dan Saran
- 7 Tips Menghadapi kerumunan Saat sedang Tawaf di…
- Mengenal Jannatul Baqi
- 16 Tempat bersejarah di Mekkah dan Madinah
- Oleh-oleh Haji dan Umrah
- 7 Seluk Beluk Perbedaan Haji dan Umroh