Apakah Anda tahu tentang kisah Raja Abrahah? Simak informasinya dari Rawda travel tentang kisah Raja Abrahah dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
Kisah Raja Abrahah
Awal kisah Raja Abrahah bersamaan dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu penyerangan Ka’bah oleh Abrahah. Dalam peristiwa ini, Abrahah menyerang Kota Mekkah dengan pasukan bergajah. Tahun tersebut dikenal sebagai tahun gajah atau ‘aam fiil, dan diperkirakan terjadi pada tahun 570 atau 571 Masehi.
Kota Mekkah merupakan pusat keagamaan yang sering dikunjungi oleh umat Islam dan menjadi tempat perdagangan bagi para pedagang. Abrahah memiliki keinginan untuk mengalihkan pusat perdagangan tersebut ke Yaman. Bangsa Arab dan suku Qahthan merasa benci terhadap Abrahah karena rencana tersebut, sehingga mereka menghancurkan gereja yang dibangun oleh Abrahah sebagai bentuk perlawanan.
Ketika Abrahah mengetahui tentang penghancuran gerejanya, dia merasa terhina dan marah, dan akhirnya dia memutuskan untuk menghancurkan Ka’bah sebagai bentuk balas dendam. Raja Abrahah lalu mendatangkan tentara dari Abbesenia dan memimpin pasukan tersebut dengan mengendarai seekor gajah. Namun, beberapa suku Arab mencoba untuk menghalangi rencana penyerangan Abrahah.
Baca Juga: 32 Doa Untuk Orang Umroh Mabrur yang Dapat Dipanjatkan
Mengenal Raja Abrahah
Raja Abrahah adalah seorang perwira dari komando Aryath di Habasyah, yang sekarang dikenal sebagai Ethiopia. Setelah berhasil mengalahkan Dzu Nuwas, Raja Dinasti Himyar, Aryath naik tahta sebagai penguasa Yaman.
Namun, sikapnya yang otoriter dan dianggap tidak adil menyebabkan terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Raja Abrahah. Setelah Aryath meninggal, Abrahah kemudian naik tahta sebagai penguasa di Yaman.
Penyerangan Abrahah terhadap Ka’bah
Keinginan Raja Abrahah untuk menyerang dan menghancurkan Ka’bah muncul setelah beberapa tahun pemerintahannya sebagai penguasa Yaman. Terdapat dua faktor yang menjadi latar belakang keinginannya tersebut, yaitu faktor agama dan ekonomi.
Dari segi agama, Raja Abrahah tidak menyukai dan tidak menerima fakta bahwa Ka’bah menjadi kiblat dalam agama Islam. Ka’bah sering menjadi tujuan utama ritual ibadah haji. Sebagai pembela ajaran Kristen, Raja Abrahah ingin mengubah kiblat agama tersebut dari Kota Mekkah ke Yaman dan menginginkan masyarakat Arab menjadi Kristen.
Dari segi ekonomi, Kota Mekkah menjadi pusat keagamaan yang banyak dikunjungi oleh umat Islam, sehingga menjadi peluang bagi pedagang untuk menjual barang dagangan mereka. Namun, Abrahah menginginkan pusat perdagangan tersebut dipindahkan ke Yaman.
Oleh sebab itu, Abrahah membangun sebuah gereja di Yaman sebagai tanda kekuasaannya. Akan tetapi, ketika Bangsa Arab dan Qahthan mengetahui hal tersebut, kebencian mereka terhadap Raja Abrahah semakin meningkat. Mereka kemudian menghancurkan gereja yang dibangun oleh Abrahah, dan tindakan ini diduga menjadi salah satu alasan mengapa Abrahah kemudian berusaha menghancurkan Ka’bah.
Baca Juga: 14 Oleh-Oleh Umroh Kekinian
Perhalangan Penyerangan terhadap Ka’bah
Seorang pemimpin Arab di Yaman yang bernama Dzun Nafar berhasil mengumpulkan kekuatan dari suku-sukunya dan suku-suku Arab di sekitarnya untuk menghadang tentara Abrahah. Namun, sayangnya, Dzun Nafar dan pasukannya akhirnya dikalahkan oleh pasukan Abrahah, dan Dzun Nafar pun ditawan dan hampir saja dihukum mati.
Setelah kejadian tersebut, Abrahah melanjutkan perjalanan menuju Mughammis. Di sini, Abrahah mengumpulkan seluruh pasukannya, menyediakan gajah-gajahnya, dan bersiap-siap untuk menyerang dan menaklukkan Kota Mekkah.
Penyerangan Ka’bah oleh Raja Abrahah menggunakan Pasukan Gajah
Abrahah bersiap-siap berangkat dengan gajah raksasa untuk menghancurkan Ka’bah. Namun, Raja Habasyah, Najasyi, mengetahui rencana jahat tersebut dan mengirimkan pasukan yang dilengkapi dengan delapan gajah. Bahkan ada yang membawa dua belas gajah. Mereka berniat untuk merusak pilar-pilar Kabah dengan menggunakan rantai yang diikatkan pada leher gajah-gajah tersebut.
Penyerangan Raja Abrahah di Mughammis
Saat tiba di Mughammis, Abrahah mengutus Aswad bin Maqsud ke Mekah menggunakan kuda untuk merampas harta milik orang-orang Quraisy, termasuk 200 ekor unta milik Abdul Muthalib. Mendengar bahwa pasukan Abrahah telah merampas 200 ekor untanya, Abdul Muthalib segera pergi menemui Abrahah.
Sang pemimpin Mekah itu merasa bangga saat menerima kunjungan Abdul Muthalib, mengira bahwa kakek Rasulullah tersebut cemas karena Kabah akan dihancurkan oleh pasukan gajahnya.
Tapi Abdul Muthalib memberikan jawaban yang tak terduga, “Kembalikan 200 ekor unta milikku yang telah kau rampas dengan pasukanmu,” tegasnya.
Abrahah terkejut dan bertanya, “Mengapa kau lebih mengkhawatirkan untamu, padahal kami datang ke sini untuk menghancurkan Ka’bah? Mengapa kau tidak khawatir tentang Ka’bah saja?”
Dengan ringan hati, Abdul Muthalib menjawab, “Unta-unta yang kau rampas itu adalah milikku, sementara Ka’bah adalah milik Allah. Maka, Allahlah yang akan melindunginya.”
Abrahah terdiam dan merasa geram. Akhirnya, dia mengembalikan unta-unta milik Abdul Muthalib. Saat kembali ke Makkah, Abdul Muthalib memperingatkan warga kota untuk berlindung dan menyelamatkan diri.
“Wahai kaumku, tinggalkanlah Makkah, berlindunglah ke bukit. Aku melihat pasukan Abrahah begitu besar dan mustahil bagi kita untuk melawannya,” seru Abdul Muthalib.
Warga Makkah bergegas meninggalkan kota, tetapi tak seorang pun yang melindungi Ka’bah. Sebelum meninggalkan kota, Abdul Muthalib berdoa di depan Ka’bah, “Ya Allah, kami menyelamatkan diri kami, maka lindungilah rumah-Mu ini.”
Baca Juga: Biaya Umroh Untuk 2 Orang
Pasukan Raja Abrahah Menuju Makkah
Pasukan Abrahah pun dengan cepat menuju Makkah, menghentakkan kaki gajah mereka sehingga bulu kuduk warga Makkah merinding. Mereka merasa bahwa hari ini mungkin adalah hari kiamat bagi Kota Makkah.
Abrahah memberi perintah untuk menyerang, tetapi tiba-tiba saja gajah-gajah itu enggan melangkah maju. Mereka hanya terdiam dan menolak untuk menyerang.
Meski Abrahah mencambuk gajah-gajah itu, mereka justru berbalik arah dan menolak untuk menuju Kabah. Sebaliknya, gajah-gajah tersebut hanya berputar-putar di lembah Muhassir, dekat Kabah.
Abrahah merasa geram dan terus memerintahkan pasukannya untuk mencambuk gajah-gajah itu agar patuh. Namun, pasukan tersebut kehabisan akal dan kelelahan dalam menghadapi gajah-gajah yang mereka kira terlatih.
Baca Juga:
Allah SWT Mengirimkan Burung Ababil
Atas kuasa Allah SWT mengirimkan burung-burung ababil dalam jumlah yang banyak untuk menjaga dan melindungi Ka’bah dari serangan Abrahah dan pasukannya, seperti yang diceritakan dalam surah Al-Fiil.
Burung-burung ababil tersebut kemudian melempari pasukan Abrahah dengan batu-batu panas. Dengan pertolongan Allah ini, usaha Raja Abrahah dan pasukannya untuk menghancurkan Ka’bah pun gagal.
Situasi semakin mendebarkan, terjadi peristiwa dahsyat yang diabadikan dalam Al Qu’ran surat Al Fiil. Rombongan burung ababil datang dari langit, jumlahnya banyak dan menakutkan, setiap burung membawa batu-batu membara.
Burung-burung tersebut menyerang pasukan Abrahah dengan melemparkan batu-batu membara tersebut. Setiap yang terkena batu itu langsung binasa. Pasukan Abrahah panik dan bubar, berusaha mencari tempat berlindung, namun tak ada yang selamat, mereka binasa, bahkan sebelum mencapai Baitullah. Pasukan Abrahah pun binasa dan Ka’bah selamat. Allah SWT senantiasa melindungi Kabah hingga akhir zaman.
Sekian informasi mengenai kisah Raja Abrahah oleh Rawda Travel. Semoga informasi yang diberikan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Mengenal Rawda Travel merupakan jasa keberangkatan umroh Bandung terpercaya telah melayani banyak jamaah menuju tanah Suci. Dapatkan penawaran harga terbaik dari Rawda travel untuk keberangkatan Umroh di Bandung.
Baca Juga:
- Sejarah Ibadah Haji dan Umroh
- 16 Tempat bersejarah di Mekkah dan Madinah
- 32 Doa Untuk Orang Umroh Mabrur yang Dapat Dipanjatkan
- Hikmah Haji dan Umroh
- 7 Tips Menghadapi kerumunan Saat sedang Tawaf di…
- Merencanakan Umroh Keluarga: Tips dan Saran
- 7 Seluk Beluk Perbedaan Haji dan Umroh
- Mengenali Etika dan Adab Saat Berinteraksi dengan…
- Mengenal Jannatul Baqi
- Siapa Yakjuj dan Makjuj Dan Kaitannya Dengan Hari Kiamat