Aceh Kota Serambi Mekah, tepatnya berada di ujung barat Indonesia, ternyata memiliki sejarah yang kaya akan budaya dan nilai-nilai religi yang kuat.
Ternyat Aceh terkenal sebagai “Kota Serambi Mekah,” yaitu sebuah gelar yang mengisyaratkan posisinya sebagai gerbang keagamaan dan kebudayaan yang penting di Indonesia.
Tidak hanya memilki gelar yang melekat. Aceh juga memiliki pesona dan daya tarik yang memikat. Termasuk keindahan alamnya, hingga warisan budaya yang turun-menurun diperkaya oleh generasi ke generasi.
Asal-usul Aceh Berjulukan Kota Serambi Mekah
Jauh sebelum Indonesia merdeka, banyak berdiri kerajaan di berbagai wilayah Nusantara. Salah satu kerajaan yang terkenal bediri di Aceh adalah Kerajaan Samudara Pasai, tepatnya tahun 1267.
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama yang bediri di Nusantara. Tidak heran bukan jika akhirnya Kerajaan Samudera Pasai memberikan pengaruh yang kuat pada kota Aceh.
Pengaruh tersebut tentunya merupakan ajaran-ajaran Agama Islam yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat Aceh dalam kehidupan sehari-harinya.
Bukan hanya mempengaruhi masyarakat Aceh, pada akhirnya sejarah pun mencatat, kalau Kerajaan Samudera Pasai juga telah menyebarkan ajaran Agama Islam ini ke berbagai negeri di Asia Tenggara.
Kisah ini berasal dari buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara, oleh Prasetyo (2009)
Ketika Samudera Pasai mencapai masa kejayaannya di bidang perdagangan, kerajaan ini juga menjadi pusat perkembangan Islam.
Pengaruh kerajaan Islam Aceh yang sedemikian rupa itulah yang kemudian membuat Aceh memiliki julukan Serambi Mekah.
Alasan Aceh Kota Serambi Mekah
Nanggroe Aceh Darussalam adalah salah satu wilayah di Indonesia yang terkenal dengan nilai-nilai Agama Islam yang kental.
Tak heran lagi jika pada akhirnya kota ini dijuluki sebagai Kota Serambi Mekah pada masa kesultanan Aceh yang mencapai puncak kejayaannya.
Tepatnya di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Kehidupan masyarakat Aceh pada saat itu sangat dipengaruhi oleh syariat dan kebudayaan Islam.
Berikut ini alasan yang akhirnya membuat Aceh sebagai kota dengan julukan Kota Serambi Mekah.
1. Kota Pertama Tempat Masuknya Islam ke Nusantara
Menurut lama resmi Pemprov Aceh, Aceh adalah kota tempat pertama orang Indonesia menganut Agama Islam dan membangun kerajaan Islam pertama di Indonesia, Peureulak dan Pasai.
Sultan Ali Mughayatsyah mendirikan kerajaannya dengan ibu otanya di Bandar Aceh Darussalam, yang sekarang dikenal sebagai Banda Aceh, hingga mencapai Semenanjung Malaka.
Baca juga: Mengenal Pintu Ka’bah dan Hal-hal Penting yang Perlu Anda Ketahui
2. Kiblat Ilmu Pengetahuan
Terdapat teori bahwa Aceh disebut sebagai Serambi Makkah karena pernah menjadi pusat penelitian, menurut situs Universitas Abulyatama.
Universitas Baiturrahman, juga dikenal sebagai Jami’ah Baiturrahman, memiliki berbagai fakultas, yang menunjukkan alasan ini.
Mahasiswa yang belajar di Aceh dari Turki, Palestina, India, Bangladesh, Pattani, Mindanau, Malaya, Brunei, dan Makassar.
3. Pengakuan dari Syarih Makkah
Sejarah juga mencatat bahwa Kerajaan Aceh pernah diakui oleh Syarif Makkah atas nama Khalifah Islam di Turki sebagai “pelindung” kerajaan Islam lainnya di Nusantara.
Akibatnya, semua sultan Nusantara mengakui Sultan Aceh sebagai pelindung mereka saat menjalankan tugas kerajaan mereka.
4. Memiliki Kesamaan dengan Mekkah
Semua orang di Makkah sekarang beragama Islam, dan semua orang di Aceh dulu juga. Aceh memiliki banyak persamaan dengan Makkah, termasuk penerapan nilai-nilai Islam, pakaian Islam, hiburan, dan hukum.
Namun, hanya 98,4 persen dari populasi Aceh saat ini adalah muslim (data Dukcapil 2021).
Baca juga: Mengenal Haji Badl dan Tata Caranya
Aceh Kota Serambi Mekkah Menurut Ulama Syekh Nuruddin Arraniry
Dalam kitabnya “Bustanussalatin”, Syekh Nuruddin Arraniry, seorang ulama karismatik Aceh, mengatakan kalau Aceh sejak lama disebut sebagai Serambi Mekkah. Nuruddin mengatakan ini dengan alasan tertentu.
“Banyak negeri yang kita lihat di bawah angin dan atas angin, di istana segala raja-raja yang besar, tiada seorang pun yang memenuhi perintah untuk menjelis Duli Hadahrat tuan kita ini.”
Nuruddin, yang pada masa itu menjabat sebagai mufti kerajaan Islam Aceh (Kadi Malik al Adil, mufti besar) di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Tsani (1636-1641), menulis, “Sesungguhnyalah negeri Aceh Darussalam ini Serambi Mekkah Allah yang Mahamulia.”
Ulama ini berpendapat bahwa Aceh adalah tempat yang istimewa lagi dimuliakan oleh Allah SWT. Para jamaah haji dari seluruh Nusantara berteduh dan berkumpul di Aceh, yang menjadikannya Serambi Mekkah.
Para jamaah terlebih dahulu mendapatkan pemahaman mendalam tentang agama, terutama tentang bagaimana melakukan ibadah haji (rukun dan syaratnya) di Aceh.
Setelah mereka belajar rukun haji dan syarat-syarat lain, mereka diberi ijazah dan dapat melakukan ibadah haji ke Makkah.
Karena itu, Nuruddin menyebut Aceh sebagai “Serambi Makkah” karena tempat para calon jamaah haji berhenti untuk melakukan ibadah di kota Makkah.
Baca juga: Mengenal Masjidil Aqsa dan Urgensinya untuk Umat Muslim
Aceh Kota Serambi Mekah Menurut Pelancong Lainnya
Sehubungan dengan istilah “Serambi Mekkah”, pelancong seperti Snouck Hurgronje, Peter Ridde, dan Anthony Reid juga menulis tentangnya.
Menurut H. Harun Keuchik Leumiek dalam bukunya Menelusuri Jejak Sejarah Islam Melalui Ritual Ibadah Haji dan Umrah, alasan mengapa Aceh disebut sebagai Serambi Makkah adalah karena masyarakat Indonesia biasanya singgah di Aceh sebelum berangkat menuju kota suci.
“Konon dulu, jamaah calon haji Indonesia tidak langsung berangkat ke Makkah, tapi lebih dulu singgah di Serambi Makkah yaitu Aceh,” tulis H. Harun Keuchik Leumiek.
Lokasi Parah Jamaah Belajar Fiqih untuk Haji
Dia mengatakan bahwa hanya sedikit orang yang pergi ke Mekkah untuk berhaji pada waktu itu.
Mereka pergi melalui selat Malaka ke Aceh, di mana mereka menghabiskan berbulan-bulan untuk belajar fiqih yang diperlukan untuk haji.
Di Pelanggahan, di pinggir Krueng Aceh, tempat banyak kapal berlabuh pada waktu itu, adalah salah satu tempat terkenal di Aceh untuk belajar manasik haji.
Karena letaknya di pinggir kuala Aceh dan dekat dengan bandar raya Banda Aceh, kampung Pelanggahan ini dianggap sebagai kampung yang sangat maju.
Sekarang letak kampung Pelanghahan ini hanya sekitar 1,5 km dari pusat Kota Banda Aceh.
Disebutkan bahwa Kampung Pelanggahan dulu memiliki balai pengajian di pinggir Krueng Aceh dan Masjid Tgk. Di Anjong yang sangat indah. Sayangnya, masjid ini hancur total akibat tsunami 26 Desember 2004 lalu.
Setelah Haji, Balik lagi ke Aceh
Dalam hal jamaah calon haji, mereka baru berangkat ke Mekkah setelah belajar manasik haji dan pelajaran agama lainnya di Pelanggahan.
Mereka juga singgah di Serambi Mekkah (Aceh) saat pulang. Menurutnya, beberapa jamaah haji kemudian tetap menetap di Aceh dan menikah dengan orang Aceh hingga beranak cucu.
Tgk. Abdurrahman, yang tinggal di Gampong Lampaloh Banda Aceh, adalah salah satu jamaah haji yang pulang dari Makkah dan tetap tinggal di Aceh. Tgk. Abdurrahman berasal dari keluarga raja keraton Yogyakarta.
Kesimpulan
Segera wujudkan impian Anda untuk melaksanakan Umrah di kota suci dengan layanan terbaik bersama Umrah Bandung. Nikmati pengalaman ibadah yang berkesan dan nyaman.
Manfaatkan juga Promo Umrah Bandung eksklusif kami! Dapatkan fasilitas dan pelayanan terbaik dengan harga mulai dari 24,9 juta.
Buat Anda yang ingin menjelajahi keindahan destinasi wisata unggulan di Turki bisa dengan Promo Umrah Plus Turki Bandung. Temukan pengalaman perjalanan yang penuh makna dan berkesan bersama kami!
Baca Juga:
- Sejarah Ibadah Haji dan Umroh
- 32 Doa Untuk Orang Umroh Mabrur yang Dapat Dipanjatkan
- Oleh-oleh Haji dan Umrah
- Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh
- Hikmah Haji dan Umroh
- 15 Sebutan Nama Lain Al Qur'an yang Diperbolehkan…
- 7 Tips Menghadapi kerumunan Saat sedang Tawaf di…
- Merencanakan Umroh Keluarga: Tips dan Saran
- Mengenal Jannatul Baqi
- Pentingnya Mencari Biro Umroh Terpercaya dan Terlisensi