Ketawadhuan Rasulullah SAW Saat Ibadah Haji yang Patut Kita Teladani

Ketawadhuan Rasulullah SAW Saat Ibadah Haji yang Patut Kita Teladani

Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu. Namun, di balik kemuliaan ibadah ini, ada teladan luar biasa dari Rasulullah SAW yang menunjukkan sikap ketawadhuan atau kerendahan hati yang begitu dalam. Meskipun beliau adalah manusia paling mulia dan pemimpin umat Islam, Rasulullah tidak pernah bersikap sombong atau ingin diistimewakan saat menjalankan ibadah haji.

Sikap ini bisa menjadi pelajaran penting bagi kita, terutama dalam menata niat dan sikap hati saat menunaikan haji atau umrah.


Rasulullah SAW sebagai Amirul Hajj

Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah menjadi amirul hajj, yaitu pemimpin rombongan ibadah haji. Meskipun menjabat sebagai pemimpin, beliau tetap menunjukkan sikap rendah hati di hadapan seluruh jamaah. Hal ini tercatat dalam berbagai kitab, termasuk dalam buku Kaifa Tastafidu min al Haramain asy-Syarifain karya Abu Talhah.


Tawadhu Rasulullah dalam Perjalanan Haji

1. Menggunakan Pelana yang Sederhana

Dalam hadits riwayat Ibnu Majah disebutkan bahwa Rasulullah melaksanakan haji dengan menunggang pelana tua dan membawa perbekalan yang sangat sederhana, bahkan nilainya tidak lebih dari empat dirham. Beliau tidak ingin tampak lebih mewah atau berbeda dari jamaah lainnya, meski beliau bisa saja memilih kendaraan atau perlengkapan yang lebih baik.

Ini menunjukkan bahwa kesederhanaan dalam ibadah haji adalah bagian dari keteladanan yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW.


2. Menolak Perlakuan Istimewa

Dalam salah satu perjalanan haji, pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib, menawarkan minuman khusus kepada beliau. Namun Rasulullah menolaknya dan berkata,

“Aku tidak memerlukan perlakuan yang demikian. Berikan aku minum sebagaimana jamaah lainnya.” (HR Ahmad)

Penolakan ini menunjukkan bahwa Rasulullah tidak ingin diistimewakan, meski beliau adalah pemimpin dan cucu dari orang terhormat di Makkah. Beliau lebih memilih bersikap setara dengan seluruh jamaah, agar bisa merasakan apa yang mereka rasakan.


3. Membonceng Usamah bin Zaid

Salah satu sikap tawadhu lainnya adalah ketika Rasulullah membonceng Usamah bin Zaid dari Arafah menuju Muzdalifah. Ini terjadi di depan umum. Rasulullah tidak merasa gengsi atau malu melakukan hal tersebut, padahal beliau adalah pemimpin besar. Beliau tidak hanya sekadar memberi perintah, tapi ikut menjalani dan merasakan perjalanan ibadah bersama jamaah lain.


4. Meluangkan Waktu untuk Menjawab Pertanyaan

Dalam hadits riwayat Muslim dan Ibnu Majah disebutkan bahwa Rasulullah berhenti untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan seorang perempuan, meskipun sedang dalam perjalanan ibadah haji. Tindakan ini mencerminkan sikap sabar, rendah hati, dan perhatian beliau terhadap sesama Muslim, terutama kepada mereka yang membutuhkan pencerahan.


5. Mudah Ditemui oleh Jamaah

Rasulullah SAW tidak pernah memasang pengawal atau penghalang untuk membatasi akses jamaah kepadanya. Setiap orang bisa bertemu dan berbicara langsung dengan beliau. Ini sangat berbeda dengan kebiasaan para pemimpin atau tokoh besar di masa sekarang yang sering sulit diakses.

Keterbukaan ini membuat para jamaah merasa dekat dan dihargai, serta semakin mencintai dan percaya kepada Rasulullah SAW.


6. Menyembelih Hewan Qurban dengan Tangan Sendiri

Rasulullah SAW bahkan menyembelih hewan kurbannya sendiri, padahal beliau bisa saja menyuruh orang lain. Namun karena tawadhu dan semangat menjalani ibadah secara langsung, beliau memilih melakukannya sendiri. Tindakan ini mengajarkan bahwa pemimpin pun tidak boleh segan turun langsung untuk melayani atau menjadi teladan bagi orang lain.


Mengapa Ketawadhuan Ini Penting?

Abu Talhah menyebut bahwa sikap tawadhu Rasulullah adalah kunci utama yang membuat beliau dicintai dan dipercaya umat. Keteladanan ini tidak hanya berlaku bagi jamaah haji, tetapi juga penting bagi para dai, ustaz, pemimpin, dan siapa saja yang ingin menyampaikan ajaran Islam dengan hati yang bersih.

Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menyampaikan perkataan Syekh Ibnu Mubarok bahwa tawadhu adalah sikap seseorang yang tidak merasa lebih tinggi dari orang lain dalam urusan dunia. Sikap ini akan melahirkan kasih sayang dan empati, serta membuat orang lain merasa dihargai dan nyaman.


Pelajaran bagi Jamaah Haji dan Umrah Saat Ini

Kita yang saat ini memiliki fasilitas serba mudah, pesawat nyaman, hotel berbintang, dan makanan lezat, tentu jauh berbeda dengan kondisi Rasulullah dan para sahabat di masa lalu. Namun justru karena itulah kita perlu meneladani akhlak Rasulullah SAW.

✅ Jangan merasa lebih hebat atau suci karena bisa berhaji
✅ Jangan memperlakukan orang lain secara kasar selama di Tanah Suci
✅ Bersikaplah sederhana dan rendah hati dalam berpakaian, berbicara, dan bertindak
✅ Perbanyak mendengarkan dan membantu sesama jamaah

Dengan hati yang tawadhu, ibadah haji dan umrah akan lebih bermakna dan berkesan.


Penutup

Ketawadhuan Rasulullah SAW saat berhaji adalah pelajaran hidup yang sangat dalam. Meski beliau adalah nabi, pemimpin, dan manusia paling mulia, beliau tetap menunjukkan sikap sederhana, sabar, dan mudah didekati oleh siapa pun. Semangat inilah yang seharusnya kita bawa saat menjalankan ibadah haji dan umrah.

Bagi Anda yang ingin berhaji atau umrah dengan bimbingan yang sesuai sunnah, Rawda Travel Umroh Bandung siap mendampingi dengan penuh amanah dan ketulusan. Perjalanan ibadah bukan hanya soal fisik, tapi juga soal membentuk hati yang bersih dan rendah hati, seperti teladan Rasulullah SAW.

Semoga Allah mudahkan kita untuk menapaki jejak beliau dalam ibadah dan akhlak. Aamiin.

You cannot copy content of this page