Mabit di Muzdalifah sering kali dianggap sebagai bagian ibadah haji yang “ringan” karena hanya bermalam di area terbuka. Namun di balik kesederhanaannya, terdapat makna spiritual yang dalam dan hukum syariat yang tidak bisa diabaikan. Yuk, pahami lebih lanjut tata cara mabit di Muzdalifah sesuai sunnah agar ibadah haji Anda sah dan penuh berkah.
Apa Itu Muzdalifah dan Mengapa Penting?
Muzdalifah adalah sebuah area terbuka seluas lebih dari 12 kilometer persegi yang terletak di antara Arafah dan Mina. Tempat ini juga dikenal dengan sebutan Masy’aril Haram, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram.”
(QS. Al-Baqarah: 198)
Secara bahasa, “Muzdalifah” berasal dari kata al-izdilaf yang berarti mendekat atau berkumpul. Nama ini mencerminkan aktivitas para jemaah yang berkumpul di tempat ini untuk menjama’ shalat Maghrib dan Isya, kemudian bermalam setelah wukuf di Arafah.
Selain itu, Muzdalifah juga memiliki nilai historis. Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa tempat ini adalah lokasi pertemuan kembali Nabi Adam dan Hawa setelah terpisah turun ke bumi.
Hukum Mabit di Muzdalifah: Wajib, Sunnah, atau Rukun?
Hukum mabit di Muzdalifah telah menjadi pembahasan di kalangan ulama:
- Mayoritas ulama (jumhur) dari mazhab Syafi’i dan Hanbali menyatakan wajib. Tidak melaksanakannya tanpa uzur dikenakan dam (denda).
- Sebagian ulama lain menyebut mabit sebagai rukun, artinya tidak boleh ditinggalkan sama sekali.
- Namun ada juga pendapat bahwa mabit hanya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan), terutama jika ada uzur.
Dalam kitab Syarhul Jami’ li Ahkamil Umrah wal Hajji waz Ziarah disebutkan:
“Ulama kalangan Syafi’iyah dan Hanabilah berkata, bagi jemaah haji wajib ada di Muzdalifah setelah masuk pertengahan malam sekalipun hanya diam dalam waktu yang sebentar.”
Keringanan bagi yang Uzur
Islam memberikan dispensasi (rukhshah) bagi jemaah:
- Lansia, orang sakit, penyandang disabilitas
- Ibu hamil atau menyusui
- Petugas haji yang harus mendahului ke Mina
Mereka boleh meninggalkan mabit atau melakukannya sebentar saja sebagai pengganti kewajiban.
Tata Cara Mabit di Muzdalifah Sesuai Sunnah
Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan mabit berdasarkan tuntunan Nabi Muhammad SAW:
1. Berangkat dari Arafah Setelah Maghrib
Setelah wukuf di Arafah selesai saat matahari terbenam, jemaah tidak langsung shalat Maghrib, tetapi melanjutkan perjalanan ke Muzdalifah terlebih dahulu.
2. Menjama’ Shalat Maghrib dan Isya
Setibanya di Muzdalifah:
- Shalat Maghrib dan Isya dijama’ takhir (digabung dan diakhirkan waktunya).
- Shalat dilakukan secara berjamaah.
- Tanpa shalat sunnah di antara dua shalat tersebut (kecuali sunnah ba’diyah Isya).
Ini adalah sunnah Nabi, sebagaimana dilakukan beliau saat Haji Wada’.
3. Bermalam di Muzdalifah
Setelah shalat, jemaah bermalam di area terbuka. Selama waktu ini, jemaah:
- Disunnahkan tidur sebagai bentuk ketundukan kepada Allah
- Dianjurkan memperbanyak dzikir, istighfar, dan doa
- Menghindari gangguan kepada jemaah lain
- Menjaga kebersihan dan keamanan
Mabit dilakukan hingga waktu Subuh. Namun bagi yang uzur, boleh meninggalkan Muzdalifah setelah tengah malam.
4. Shalat Subuh dan Dzikir Pagi
Di pagi hari, jemaah:
- Melaksanakan shalat Subuh berjamaah
- Kemudian berdzikir dan berdoa menghadap arah Ka’bah
- Bersiap melanjutkan perjalanan ke Mina untuk melontar jumrah Aqabah
Hal Lain yang Bisa Dilakukan di Muzdalifah
Mengumpulkan Batu Jumrah
Di Muzdalifah, jemaah juga dapat mengumpulkan kerikil sebanyak 49 atau 70 butir (tergantung lama tinggal di Mina). Kerikil ini akan digunakan untuk melontar jumrah di hari-hari Tasyrik.
Namun, tidak wajib mengambil batu di Muzdalifah. Bila lebih mudah, boleh juga mengumpulkan di tempat lain seperti Mina.
Penutup: Mabit Bukan Sekadar Tidur di Alam Terbuka
Mabit di Muzdalifah bukan hanya bermalam biasa. Ia adalah bagian dari rangkaian ibadah haji yang penuh hikmah. Waktu malam di tanah Muzdalifah menjadi momentum:
- Menyegarkan ruhani setelah wukuf di Arafah
- Mengistirahatkan fisik sebelum perjuangan di Mina
- Menyadari bahwa haji bukan hanya perjalanan fisik, tapi juga perjalanan hati menuju Allah SWT
Bagi jemaah yang akan berangkat haji, pastikan Anda memahami setiap tahap manasik dengan benar, termasuk mabit di Muzdalifah. Semoga Allah mudahkan setiap langkah Anda menuju haji yang mabrur.
Ingin persiapan haji dan umrah Anda lebih terarah?
Rawda Biro Umroh Bandung siap mendampingi Anda dengan pembimbing berpengalaman, manasik terpadu, dan layanan profesional sejak awal keberangkatan hingga pulang ke tanah air.
Raih ibadah yang nyaman dan sesuai sunnah bersama Rawda!
Baca Juga:
- Sejarah Ibadah Haji dan Umroh
- 15 Rekomendasi Hadiah Untuk Mereka Yang Akan Pergi Umrah
- 7 Seluk Beluk Perbedaan Haji dan Umroh
- 32 Doa Untuk Orang Umroh Mabrur yang Dapat Dipanjatkan
- 7 Tips Menghadapi kerumunan Saat sedang Tawaf di…
- 16 Tempat bersejarah di Mekkah dan Madinah
- 55 Contoh Titip Doa Umroh
- 10 Tips Agar Para Jemaah Tidak Gampang Tersesat…
- Hikmah Haji dan Umroh
- Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh